Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Senin sore bergerak menguat tipis sebesar tiga poin menjadi Rp13.335, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.338 per dolar AS.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Senin mengatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia periode Desember 2016 yang surplus menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS.
"Neraca perdagangan Indonesia sesuai ekspektasi pasar, situasi itu diapresiasi pelaku pasar uang," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Desember 2016 mengalami surplus sebanyak 8,78 miliar dolar AS. Sementara pada periode Desember 2016 neraca perdagangan Indonesia surplus 992,1 juta dolar AS.
Ia menambahkan bahwa data ekonomi yang positif itu menunjukan ekonomi nasional masih memiliki fundamental yang cukup positif sehingga direspons pelaku pasar uang dengan mengakumulasi rupiah.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang juga masih berada dalam area positif turut menjadi sentimen positif bagi mata uang komoditas, seperti rupiah. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada Senin (16/1) sore ini menguat 0,13 persen menjadi 52,44 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,16 persen ke posisi 55,54 dolar AS per barel.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa surplus neraca perdagangan membuat rupiah masih terjaga di area positif terhadap dolar AS meski relatif masih terbatas.
Sentimen selanjutnya, kata dia, pelaku pasar menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada pekan ini. Diperkirakan Bank Indonesia belum mengubah suku bunga acuan (BI 7-Day Repo Rate).
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.354 dibandingkan Jumat (13/1) Rp13.208.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017