Aksi kekerasan terbaru terjadi di penjara Alcaçuz di negara bagian timur laut, Rio Grande do Norte, menurut koran Folha de S. Paulo, mengutip keterangan resmi sekretariat media negara.
Kantor tersebut namun tidak segera tersedia untuk mengkonfirmasi laporan itu. Polisi belum memasuki penjara Alcaçuz dan jumlah korban tewas bisa meningkat, menurut Folha dan surat kabar lainnya.
Di balik pertumpahan darah itu adalah perseteruan sengit antara beberapa geng narkoba paling kuat Brazil, yang mengakhiri kerja sama selama dua dasa warsa sekitar enam bulan yang lalu.
Pembunuhan bulan ini terjadi dalam sebuah aksi kerusuhan penjara paling mematikan di Brazil dalam beberapa dasa warsa terakhir. Kasus itu telah membongkar perang di akar rumput antara geng narkoba yang beemarkas di Sao Paulo, Primeiro Comando da Capital, atau PCC, dan geng narkoba yang bermarkas di Rio de Janeiro, Comando Vermelho.
Aksi tersebut juga berpotensi membawa kekacauan dalam sistem lembaga pemasyaratan.
Tidak segera jelas apa faksi narkoba yang ada di balik pembunuhan Sabtu.
Sementara itu pada awal tahun, setidaknya 56 orang tewas dalam kerusuhan brutal di sebuah penjara di Manaus, kota terbesar di Brazil utara, dan empat lainnya kehilangan nyawa dalam huru-hara terpisah di penjara yang sama, kata pihak berwenang.
Kekacauan, yang berlangsung selama 17 jam sepanjang malam, merupakan akibat dari percekcokan di Kompleks Lembaga Pemasyarakatan Umum Anisio Jobim antara kelompok penjahat Primeiro Comando da Capital (PCC) dan Familia de Norte.
PCC adalah kelompok pengedar narkoba yang berpusat di Sao Paulo dan telah melebarkan sayapnya ke negara-negara bagian lainnya.
Menurut pernyataan lembaga keamanan masyarakat, 56 orang yang tewas itu tampaknya adalah para anggota PCC.
Sebanyak 184 narapidana dipastikan kabur dari penjara sementara sekitar 40 lainnya berhasil ditangkap kembali dalam suatu operasi, menurut sekretariat pemasyarakatan umum Negara Bagian Amazonas.
Selama kekacauan berlangsung, 12 petugas pengawasan penjara disandera namun kemudian seluruhnya dibebaskan tanpa terluka, menurut Epitacio Almeida, perwakilan Komisi Hak-hak Asasi Manusia setempat.
Luis Carlos Valois, hakim di Amazonas yang berunding dengan para narapidana untuk mengakhiri kerusuhan, mengatakan kepada koran O Globo bahwa banyak di antara yang tewas tersebut dibunuh saat terjadinya bentrokan.
Tak lama setelah keributan muncul di satu unit, puluhan narapidana di unit kedua mulai ramai-ramai melarikan diri dari penjara. Pihak berwenang mengatakan situasi itu merupakan hasil dari upaya yang sudah diatur untuk mengacaukan perhatian para sipir.
Penjara-penjara Brazil dikenal terlalu padat penghuni, yang menyebabkan beberapa kasus kerusuhan maut terjadi pada masa lalu.
Penjara Anisio Jobim memiliki kapasitas untuk menampung 592 orang namun ternyata ada 1.224 narapidana di dalamnya, demikian Reuters melaporkan.
(G003)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017