Jakarta (ANTARA News) - Bahasa tubuh Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat debat pertama, Jumat (13/1), pada umumnya dinilai baik, namun ada satu hal yang jadi catatan untuk pakar bahasa tubuh Monica Kumalasari.
Monica adalah pakar bahasa tubuh berbasis sains yang mendapat lisensi dari Paul Ekman, satu dari tiga orang di Indonesia yang memiliki lisensi tersebut.
Bahasa tubuh Ahok yang dimaksudnya adalah ketika muncul pertanyaan mengenai pemilihan presiden 2019.
Setiap kandidat ditanyai komitmennya untuk menolak ikut pemilihan presiden bila terpilih jadi pemimpin di Jakarta.
Basuki tertawa kecil dan membiarkan Djarot yang menjawab. Saat Djarot mengemukakan bahwa mereka berkomitmen menjadi pelayan warga Jakarta, Basuki masih tersenyum-senyum.
“Dia tertawa, sementara yang lain terlihat serius,” kata psikolog itu pada ANTARA News, Sabtu.
Dia berpendapat Basuki seharusnya memasang ekspresi serius, sama seperti kandidat lain. Sebab, tindak-tanduknya dapat menimbulkan berbagai interpretasi.
“Kalau orang yang tidak senang sama dia, itu sudah diartikan macam-macam,” jelas dia.
Pilkada DKI 2017 akan diikuti tiga pasangan cagub, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, kemudian Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, selanjutnya Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017