"Selain itu suplai valuta asing dan permintaan dalam negeri juga masih dalam perkembangan yang baik," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Kantor Pusat BI di Jakarta, Jumat.
Perry menuturkan pasokan dana asing lebih banyak dipengaruhi perbaikan kondisi perekonomian domestik, termasuk kinerja swasta. Kinerja dunia usaha diyakini membaik karena perbaikan harga hampir seluruh komoditas.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah pada 3 Januari 2017 berada di level Rp13.485 per dollar AS. Sementara, hari ini rupiah berada pada kisaran Rp13.308 per dollar AS.
"Selain ekspor komoditas, ekspor manufaktur juga akan naik, seperti kendaraan bermotor, termasuk tesktil. Kalau kinerja ekspor itu membaik menunjukkan kegiatan ekonomi membaik," ujar Perry.
Untuk kedepannya, Perry meyakini dana asing yang masuk akan lebih menggeliat. Selain kinerja ekspor, kata dia, indikator fundamental ekonomi domestik juga lebih kokoh. Hingga awal Januari 2017, indikator seperti neraca transaksi berjalan, stabilitas kurs, dan pertumbuhan ekonomi masih mampu menarik modal asing masuk.
Cadangan devisa per akhir Desember 2016 tercatat sebesar 116,4 miliar dolar AS atau naik 4,9 miliar dolar AS dari November 2016. Sementara, defisit transaksi berjalan 2016 diperkirakan mengecil mejadi 1,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari 2,06 persen PDB pada 2015.
Untuk tekanan eksternal, sikap Bank Sentral AS Federal Reserve yang diperkirakan akan menaikkan suku bunganya sebanyak dua kali pada tahun ini sudah diantisipasi pelaku pasar, sehingga tidak menimbulkan gejolak di pasar keuangan global.
"Sikap The Fed (di notulen rapat dan pertemuan terakhir) dari hawkish jadi dovish tidak banyak direspon pasar maka itu menunjukkan apa yang dilakukan AS sudah diantisipasi pasar," kata Perry.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017