"Di pasar tradisional di Desa Sembuluh Kecamatan Danau Sembuluh, harga cabai rawit baik hingga Rp250 ribu per kilogram," kata salah satu warga Desa Sembuluh, Hendri (29) di Kuala Pembuang, Jumat.
Ia mengatakan, melonjaknya harga cabai rawit di Kecamatan Sembuluh karena tidak adanya pasokan cabai yang berasal dari Sampit, Kotawaringin Timur sehingga menjadi langka.
"Pasokan berbagai kebutuhan untuk Kecamatan Danau Sembuluh sangat bergantung dari Kotim, karena tidak adanya pasokan khususnya cabai selama sepekan terakhir menyebabkan harganya semakin mahal," katanya.
Sebelumnya, kenaikan harga cabai rawit hingga Rp200 ribu/kg juga telah terjadi di pasar tradisional Pembuang Hulu, Kecamatan Hanau.
"Biasanya harga normal cabai rawit berkisar antara Rp50.000-Rp80.000, namun sekarang naik hingga Rp200 ribu/kg," kata salah satu pedagang sayur di pasar tradisional Pembuang Hulu, Kecamatan Hanau, Mirah (40).
Ia mengatakan, melonjaknya harga cabai rawit sudah berlangsung selama beberapa hari akibat langkanya pasokan cabai yang berasal dari kabupaten tetangga, yakni Kabupaten Kotawaringin Barat.
"Karena harganya yang mahal, maka yang membeli pun tidak banyak, dan cabai kita jual eceran dengan harga Rp20.000/ons," katanya.
Berbeda dengan di Pembuang Hulu, di Pasar Tradisional Sayur dan Ikan (SAIK) Kuala Pembuang, berbagai kebutuhan pokok termasuk cabai rawit yang dipasok dari Pulau Jawa naik dan bertahan Rp150.000/kg.
"Karena masih minimnya pasokan, maka harga cabai masih mahal, yakni Rp150.000/kg," kata salah satu pedagang Pasar SAIK Kuala Pembuang, Erni (42).
Ia menambahkan, harga cabai keriting yang sebelumnya Rp40.000-Rp50.000/kg juga telah mengalami kenaikan selama dua minggu terakhir menjadi Rp120.000/kg.
Harga berbagai komoditas di pasar tradisional Kuala Pembuang sangat fluktuatif, karena secara umum pasokan berbagai komoditas masih bergantung dari Pulau Jawa.
"Ketika pasokan dari Pulau Jawa minim dan harganya juga sudah tinggi, maka terpaksa harga jual di pasar pun jadi tinggi," katanya.
Pewarta: Fahrian Adriannoor
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017