"Tahun 2016 baru saja kita lalui bersama, tahun yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka jendela kesempatan bagi perekonomian Indonesia. Walau pemulihan ekonomi global masih lemah dan disertai ketidakpastian, namun ekonomi nasional dapat tetap tumbuh dengan stabilitas makro ekonomi yang tetap terjaga," kata Martowardojo di Kendari, Jumat.
Dia mengaku bersyukur di tengah gejolak eksternal yang ada, ekonomi Indonesia mampu menunjukkan ketahanannya dan tumbuh 5,02 persen di triwulan III 2016.
"Bahkan di beberapa provinsi seperti di Sulawesi Tenggara ekonomi masih mampu tumbuh enam persen. Capaian ini diraih seiring dengan tingkat inflasi nasional yang rendah dan terkendali yaitu di kisaran 3,02 persen. Inflasi ini berada dalam kisaran sasaran inflasi sebesar empat plus minus 1 persen dan lebih rendah dari angka 2015," katanya.
Di tengah masih lemahnya harga komoditas global, katanya, defisit transaksi berjalan serta defisit APBN 2016 dapat tetap berada di tingkat yang sehat bagi kesinambungan perekonomian.
Di samping itu, katanya, nilai tukar rupiah di sepanjang tahun 2016 tercatat mengalami penguatan 2,34 persen terhadap dolar dengan volatilitas yang relatif terjaga.
"Hal tersebut menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia setelah yen Jepang," katanya.
Dia berada di Kendari dalam rangka melantik Minot Purwahono sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Sulawesi Tenggara, Kamis (12/1).
Pewarta: Suparman
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017