Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta kalangan perbankan agar tak terus-menerus membebani pemerintah, sehingga tidak mampu menetapkan kebijakan yang mendukung iklim ekonomi yang kondusif. "Perbankan sering mengeluhkan pemerintah tidak berbuat apa-apa untuk mendukung iklim ekonomi yang kondusif, mari kita buka-bukaan bagaimana perbankan di masa silam," katanya, saat membuka Kongres I Ikatan Bankir Indonesia (IBI), di Kantor Wapres, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1998 salah satunya disebabkan kinerja perbankan nasional yang mencapai 200 bank, tanpa disertai kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. "Tampilan kantornya layaknya Citibank, tetapi perilakunya seperti toko kelontong. Akibatnya, dari ratusan bank itu tidak ada yang membantu pembangunan, kecuali menjadi musibah bagi pemerintah," kata Jusuf Kalla. Ia mengungkapkan sebelum krisis moneter sekitar 60 persen APBN dialokasikan bagi pembangunan, sedangkan 40 persen untuk kegiatan belanja rutin. Sedangkan sekarang, sekitar 70 persen APBN dialokasikan untuk membayar hutang-hutang yang diwariskan perbankan di masa lalu. "Seluruhnya, termasuk bunganya yang tanggung pemerintah dalam bentuk BLBI dan rakyat melalui pajak. Akibatnya, pemerintah tidak dapat berbuat banyak karena telah terlalu lelah menanggung risiko yang diwariskan perbankan pada masa lalu," katanya. Wapres menegaskan pemerintah tidak menyesali kebijakannya untuk menanggung risiko tersebut, namun perbankan hendaknya dapat memperbaiki kinerjanya hingga pertumbuhan ekonomi nasional juga kembali meningkat hingga target tujuh persen terpenuhi. "Pemerintah tidak meminta perbankan untuk melunasinya, tetapi perbankan ke depan bisa memperbaiki kinerjanya hingga bisa mendukung pemerintah untuk mencapai tujuan mensejahterakan rakyat dan memakmurkan bangsa ini," kata Jusuf Kalla. Hadir dalam pembukaan kongres itu Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Negera BUMN Sugiharto dan Gubernur Bank Indonesia Baharuddin Abdulah. (*)
Copyright © ANTARA 2007