Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Penjamin Simpanan memperkirakan tingkat inflasi pada 2017 dapat mencapai 4,7 persen atau mendekati batas maksimum yang dijaga Bank Indonesia di lima persen.
Direktur Eksekutif Penjaminan dan Manajemen Risiko LPS Didiek Madiyono di Jakarta, Kamis, melihat bahwa inflasi dari tarif kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) dapat menjadi faktor pengerek laju inflasi pada tahun ini.
Menurut perkiraan LPS, penyesuaian tarif tenaga listrik 900 volt ampere dan 450 volt ampere, dapat menyumbang inflasi hingga satu persen.
"Faktor utama adalah listrik, kemudian ditambah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (non-subsidi), elpiji, dan cukai rokok, jika digabung kontribusinya bisa dua persen," kata dia.
Jika melihat 2016, inflasi cukup terkendali di bias bawah proyeksi BI yakni 3,02 persen (year on year/yoy). Pada tahun ini BI juga memasang target inflasi di rentang 3-5 persen.
Dalam paparan lainnya, tim ekonom Bank Mandiri juga sebelumnya memperkirakan laju inflasi pada 2017 dapat di atas empat persen atau 4,2 persen, sebagian besar karena kenaikan tarif "administered prices".
Dengan perkiraan inflasi tahunan 4,7 persen, LPS memperkirakan permintaan dan pasokan kredit perbankan juga tidak akan menyentuh dua digit pada 2017. Dia memprediksi kredit perbankan pada tahun ini tumbuh 9,2 persen. Sementara BI memprediksi kredit tumbuh 10-12 persen pada 2017.
"Kita memang konservatif mungkin kalau dari Rencana Bisnis Bank bisa 13 persen, tapi kita lihat RBB tahun ini tercapainya juga lebih kecil," kata Didiek.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017