Bandung (ANTARA News) - Markas Besar (Mabes) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) minta keseriusan PT Dirgantara Indonesia (DI) dalam memenuhi alat utama sistem senjata (alutsista) angkatan udara. "Jumlah yang kita alokasikan cukup besar sekitar Rp7,1 triliun karenanya kami ingin ada pernyataan tertulis tentang kesanggupan PT DI memproduksi alutsista kami," kata Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Herman Prayitno, ketika mengunjungi PT DI, di Bandung, Kamis. Anggaran itu merupakan alokasi konversi dari kredit ekspor ke rupiah murni. Total anggaran Departemen Pertahanan (Dephan) yang dikonversikan itu mencapai 23,5 persen dari total anggaran Dephan sebesar 3,7 miliar US dolar. Herman menambahkan dana sekitar Rp1,7 triliun yang dialokasikan kepada PT DI itu digunakan untuk pengadaan sejumlah helikopter Super Pumma NAS 332 dan suku cadangnya, termasuk untuk perbaikan mesin sejumlah pesawat dan helikopter yang diproduksi PT DI untuk TNI AU. Dana tersebut akan digunakan untuk melaksanakan program kerja TNI Angkatan Udara periode 2006-2009. "Kalau mereka (PT DI) tidak siap, kami tidak perlu membuang waktu lagi. Kami akan mencari ke tempat lain," kata Herman. Sementara itu, "Vice President Comercial Integration and Bussines Development" PT DI, Ina juniarti, mengatakan perusahaannya secara teknis sanggup memenuhi kebutuhan alutsista TNI AU. "Namun kami masih harus menunggu realisasi konversi pengadaan dengan menggunakan kredit ekspor kepada rupiah murni," katanya. Pencairan dana tersebut melalui konversi ke rupiah murni, katanya, memerlukan keputusan Presiden yang sampai saat ini belum juga turun. (*)
Copyright © ANTARA 2007