Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Jumat pagi, merosot 10 poin menjadi Rp9.090/9.095 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.080/9.085, karena pelaku kembali melepas rupiah. Analis Valas PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra, di Jakarta, mengatakan aksi lepas rupiah oleh pelaku pasar berlanjut sehingga menekan rupiah kembali melemah mendekati level Rp9.100 per dolar AS. Tekanan terhadap rupiah juga muncul dari Bank Indonesia (BI) yang tetap menginginkan rupiah tidak jauh dari kisaran antara Rp9.075 hingga Rp9.100 per dolar AS, katanya. Rupiah, lanjutnya, juga tertekan oleh membaiknya dolar AS di pasar regional dan pasar saham regional, karena itu peluang untuk menguat cenderung sulit. Kenaikan dolar AS itu, karena investor menunggu data pertumbuhan ekonomi AS yang akan dilaporkan Bank Sentral AS, katanya. Karena itu, menurut dia, rupiah pada penutupan sore nanti diperkirakan akan kembali melemah, karena faktor negatif cukup besar. Meski demikian suplai dan demand juga berperan apakah mendukung pergerakan rupiah atau menekannya, walaupun saat ini rupiah agak tertekan, katanya. Apalagi Bank Sentral Jepang (BOJ) diperkirakan akan segera menaikkan tingkat bunganya untuk memicu pertumbuhan ekonomi, setelah beberapa waktu tingkat bunganya tetap bertahan pada 0,25 persen. Karena itu yen melemah terhadap dolar AS menjadi 119,65 dibanding sebelumnya 119,55 dan euro terhadap dolar AS menjadi 1,3590 sedikit turun dibanding sebelumnya. Ia mengatakan, pasar saat ini juga sedang memfokuskan perhatian akan munculnya data ekonomi AS periode Januari-Maret yang merupakan pasar potensial negara-negara Asia. Pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal pertama 2007 diperkirakan hanya mencapai 1,8 persen merosot terus sejak tahun 2005, ucapnya. Karena iu, lanjut Noel Chandra peluang rupiah untuk menguat kemungkinan masih ada, tergantung pergerakan pasar dan BI yang tetap memantaunya. "Kami optimis rupiah akan tetap berada di bawah level Rp9.100 per dolar AS, meski saat ini terkoreksi, karena sejumlah faktor negatif masih menekannya," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007