Jakarta (ANTARA News) - PT KAI Commuter Jabodetabek membukukan laba Rp207 miliar sepanjang 2016, kata Direktur Keuangan dan Administrasi KCJ Ari Mulyono Madyo usai konferensi pers di Jakarta, Rabu. Kontribusi terbesar laba berasal dari penumpang, dengan porsi 90 persen.
"Sebanyak 90 persen dari penumpang dan paling banyak yaitu rute Jakarta Kota-Bogor," kata dia.
Untuk tahun ini, Ari memastikan tidak akan ada kenaikan tarif KRL, karena Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, telah mengalokasikan dana kewajiban pelayanan publik (PSO) terbesar untuk penumpang angkutan kereta rel listrik (KRL) sebesar Rp1,3 triliun dari total Rp2,1 triliun untuk PSO kereta api sepanjang 2017.
Namun, Ari mengatakan tidak tertutup kemungkinan akan mengajukan kembali kepada pemerintah apabila masih dinilai kurang. "Ya, harus ditambah kalau enggak, kita kenakan tiket normal, tapi kami yakin pemerintah akan tambah."
Direktur Utama PT KCJ Muhammad Nurul Fadhila menjelaskan besaran PSO sesuai dengan jumlah penumpang yang diangkut.
"Kami punya tarif operator, tapi pemerintah memerintahkan kami untuk menetapkan tarif sesuai PSO," katanya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Prasetyo Boeditjahjono menegaskan tidak akan ada penambahan untuk PSO KA 2017 karena sudah sesuai dengan perhitungan dan usulan PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang lebih besar 15 persen dari tahun lalu, yaitu Rp1,8 triliun.
"Besaran itu sudah kita perhitungkan dari usulan PT Kereta Api Indonesia, kemudian kita evaluasi dan didapat angka seperti itu," kata Prasetyo.
Prasetyo mengatakan kenaikan 15 persen berdasarkan sejumlah pertimbangan, yaitu penambahan kereta perintis dan penambahan kapasitas untuk kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek yang saat ini sudah mencapai 900.000 penumpang per hari.
"Terhitung Senin sampai Jumat penumpang KRL sudah mencapai 900.000 per hari dari 800.000 per hari dan akan bertahap menjadi 1,2 juta penumpang di 2019," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, peron di beberapa stasiun kecil juga perlu diperpanjang yang awalnya hanya untuk delapan kereta, kemudian bertambah menjadi 10 dan saat ini diperpanjang menjadi 12 kereta.
Untuk itu, Prasetyo menilai alokasi terbesar dari PSO tersebut yaitu untuk KRL Jabodetabek senilai Rp1,3 triliun karena penggunaannya untuk sehari-hari.
Rincian alokasi PSO, di antaranya untuk KA Jarak Jauh Rp135 miliar, KA Jarak Sedang Rp130 miliar dan KA Lebaran Rp4,5 miliar.
Sementara itu, untuk KA Jarak Dekat Rp379 miliar, KRD Rp94 miliar dan KRL Rp1,3 triliun.
"Untuk itu, tarif KRL tidak bisa begitu saja ribut dinaikan karena sudah mendapat PSO itu, kemarin sudah naik Rp1.000 dikali saja 900.000 pernah penumpang, (KCJ) sudah dapat Rp1 miliar sehari," katanya.
Prasetyo mengatakan besaran PSO tersebut dianggarkan sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tanggal 30 Desember 2016 dan sudah ditandatangi oleh Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Prasetyo Buditjahjono dan Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017