Jakarta (ANTARA News) - Kain sarung telah dilirik para perancang busana tanah air sebagai bagian dalam karya mereka. Kain yang biasa dipakai pria di Indonesia itu dirasa bisa membuat pemakainya lebih stylist.
"Dalam lima tahun ini sarung digalakkan oleh timnya Ali Charisma yang kali itu masih bernaung di Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) sampai didukung Ibu Mari Elka Pangestu. Sarung is a denim. Semua orang pasti memakai dan punya. Sarung menjadi suatu keharusan setiap orang punya dan mau pakai. Pengertian sarung boleh bebas bahan dari daerah mana aja. Asal bentuknya dijahit seperti silinder itu dinamakan sarung," ujar pengamat mode Susan Budihardjo saat dihubungi ANTARA News, Rabu.
(Baca juga: Dari batik sampai sarung, cara Jokowi angkat gengsi budaya Indonesia)
Selain Ali, Musa Widyatmodjo dan Tri Handoko juga menampilkan koleksi busana menggunakan sarung yang dipadu-padankan dengan denim. Sarung bahkan bisa juga dimodifikasi menjadi dress atau berbagai bentuk atasan.
"Walau bagaimana pun kita kan harus mengikuti trend, jadi sarung traditional kan juga bisa dipakai jadi terkesan gaya. Sarung bisa jadi dress atau atasan, di drapped lalu dipadupadan dengan baju-baju lain," tutur pemilik Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo itu.
Perancang lainnya, Phillip Iswardono memperkenalkan gaya pemakaian sarung yang longgar dan nyaman, drapery, lipat, hingga tumpuk menumpuk.
Koleksinya dipadukan dengan material lain seperti tenun lurik, tenun Troso Jepara, tenun Goyor Sukoharjo, tenun Tanimbar dan batik Kelengan khas Jogja.
Penggunaan sarung juga bahkan tak luput dari gaya berbusana Presiden Joko Widodo. Saat melakukan kunjungan kerja ke Jawa Tengah beberapa waktu lalu misalnya, presiden mengenakan sarung warna cokelat muda berpadu jas serta peci hitam.
Presiden juga mengenakan sarung di beberapa kesempatan, salah satunya saat tak sedang menjalankan tugas pemerintahan.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017