Dalam pidato emosional di mana dia berterima kasih kepada keluarga dan menyatakan masanya menjabat sebagai presiden sebagai kehormatan dalam hidupnya, Obama secara halus menggelitik publik untuk mengikuti majunya dan menepis kebijakan-kebijakan yang dipromosikan Trump selama masa kampanye pemilihan presiden.
"Jadi kita, sebagai warga negara, harus tetap waspada terhadap agresi eksternal, kita harus berhati-hati terhadap pelemahan nilai-nilai yang menjadikan kita siapa kita," kata Obama kepada kerumunan 18.000 orang di kampung halamannya Chicago, tempat dia merayakan pemilu bersejarah 2008 yang memilih dia sebagai presiden berkulit hitam pertama Amerika Serikat.
Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari, mengusulkan Amerika Serikat sementara melarang Muslim memasuki Amerika Serikat, membangun tembok di perbatasan dengan Meksiko, membalikkan kesepakatan global untuk memerangi perubahan iklim dan membongkar reformasi aturan layanan kesehatan Obama.
Obama menegaskan posisinya seperti saat pidato kampanye pemilihan presiden 2016 untuk kandidat Demokrat Hillary Clinton, namun dia bicara dengan nada lebih tenang dengan Trump sejak pemilihan.
Dalam pidato perpisahannya, Obama menegaskan bahwa posisinya tidak berubah.
"Saya menolak diskriminasi terhadap warga Muslim Amerika," katanya merujuk ke Trump, memicu tepuk tangan penonton.
"Kalau ada orang yang bisa membuat rencana yang terbukti lebih baik dari perbaikan yang kita lakukan terhadap sistem pelayanan kesehatan kita, yang mencakup banyak orang dengan biaya lebih sedikit, saya akan mendukungnya," kata dia dalam tantangan menggelitik lain terhadap penerusnya.
Trump mendesak Kongres yang dikendalikan Partai Republik membatalkan undang-undang mengenai reformasi layanan kesehatan itu segera.
Visi tak realistis
Obama, yang menjabat di tengah pengharapan pemilihannya akan menyembuhkan sejarah pemisahan rasial, menyadari bahwa itu tujuan yang tidak mungkin.
"Setelah pemilihan saya, ada pembicaraan tentang post-rasial Amerika," katanya.
"Visi seperti itu, meski tujuannya baik, tidak pernah realistis. Ras akan tetap menjadi kekuatan pemisah ampuh dalam masyarakat kita."
Namun dia mengatakan bahwa dia tetap berharap pekerjaan generasi lebih muda bisa mewujudkannya. "Ya kita bisa," katanya. "Ya kita sudah melakukannya."
Pada kesempatan itu Obama mengusap matanya menggunakan sapu tangan ketika berterima kasih kepada sang istri.
Ibu Negara Michelle Obama, Wakil Presiden Joe Biden dan istrinya Jill Biden, serta banyak staf dan bekas staf Gedung Putih dan pekerja kampanye menghadiri pidato itu.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017