"Laju rupiah terlihat sedikit tertahan terhadap dolar AS. Sebagian pelaku pasar memanfaatkan kondisi kenaikan rupiah pada hari sebelumnya untuk ambil untung," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.
Di sisi lain, lanjut dia, sikap "wait and see" pelaku pasar menjelang pidato pertama Presiden AS Donald Trump turut mempengaruhi fluktuasi mata uang di negara berkembang. Investor cukup cemas bahwa Trump dapat mengguncang pasar dengan arahan pemerintahan yang agresif pada isu-isu seperti kebijakan hubungan dagang dengan Tiongkok dan Amerika Latin.
Namun demikian, menurut dia, pelemahan rupiah pada hari ini (11/1) relatif terbatas dimana faktor kenaikan cadangan devisa Indonesia masih menjadi sentimen positif bagi mata uang domestik.
Bank Indonesia mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2016 tercatat sebesar 116,4 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir November 2016 yang sebesar 111,5 miliar dolar AS.
Reza Priyambada menambahkan bahwa laju rupiah masih memiliki peluang untuk kembali melanjutkan penguatannya seiring dengan sejumlah harga komoditas yang berada dalam tren penguatan, hal itu dapat memberikan kesempatan pada mata uang berbasis komoditas seperti rupiah untuk kembali bergerak menguat.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa kebijakan pemerintah mengenai relaksasi ekspor mineral diharapkan dapat mendongkrak prospek ekspor domestik serta pertumbuhan ekonomi ke depan.
"Sentimen dari dalam negeri itu masih dapat membantu rupiah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017