Semarang (ANTARA News) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Tengah memprediksikan inflasi pada Januari 2017 mencapai 0,3 persen atau lebih tinggi dibandingkan bulan Desember 2016 sebesar 0,21 persen.
Kenaikan ini merupakan dampak dari komponen harga yang ditetapkan oleh pemerintah (administered price), kata Kepala Divisi Pengembangan Ekonomi Daerah BI Jateng Andi Reina Sari di Semarang, Selasa.
Dia mengatakan, beberapa kelompok penyumbang kenaikan harga itu adalah tarif listrik, elpiji, dan cukai rokok.
Terkait tarif listrik, seperti diketahui mulai bulan ini pemerintah mencabut subsidi untuk sebagian pelanggan listrik 900 VA.
Selanjutnya, sebagian di antaranya diwajibkan menjadi pelanggan subsidi 1.300 VA atau tidak lagi berhak atas subsidi dari pemerintah.
Kelompok lain "administered price" yang diprediksikan menyumbang inflasi bulan ini adalah kemungkinan dilakukan distribusi tertutup untuk elpiji ukuran tabung 3 kg.
"Selain itu, kemungkinan akan ada kenaikan harga elpiji sebesar Rp1.000/kg," katanya.
Sedangkan dari sisi "volatile food" atau komponen bergejolak, pihaknya melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus melakukan pengendalian harga.
"Upayanya adalah bagaimana mengantisipasi fluktuasi dan lebih intensif dalam menjaga pasokan," katanya.
Sementara itu, mengenai inflasi sepanjang tahun ini pihaknya memprediksi sebesar 4+/-1 persen. Andi mengatakan, prediksi ini sama dengan prediksi tahun 2014-2016.
"Untuk prediksi inflasi ini sudah ditetapkan oleh pemerintah. Meski lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi inflasi tahun lalu kami tetap berupaya agar inflasi tahun 2017 bisa terkendali seperti halnya tahun lalu," katanya.
Pewarta: Aris Wasita Widiastuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017