Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meluncurkan "Flora Pegunungan Jawa" di Jakarta, Rabu, sebuah buku penting panduan keanekaragaman hayati Indonesia yang cukup langka dilengkapi 459 lukisan flora asli Jawa.
Buku yang aslinya terbit di Leiden, tahun 1972 dalam bahasa Belanda berjudul Sketsa Vegetasi Hindia Belanda itu ditulis oleh pakar botani generasi pasca-Perang Dunia II Prof C.C.G.J. Van Steenis dan diterjemahkan oleh penyuka tanaman, Jenny A Kartawinata, mantan Redaktur Pelaksana (Redpel) Femina.
Selain karena menyajikan pengetahuan tentang pegunungan Jawa, iklim, zonasi elevasi, biologi bunga, tumbuhan langka, hingga konservasinya yang masih tetap relevan hingga puluhan tahun kemudian, daya tarik buku itu adalah lukisan botaninya yang menawan.
Lukisan botani dengan skala 1:1 dan dilukis dengan cat air itu adalah hasil karya dua putra Bogor, Amir Hamzah dan Moehamad Toha yang tercatat sebagai pelukis botani Kebun Raya Bogor pada 1927-1949 di masa Prof van Steenis berdinas di Herbarium Bogoriense dan s`Land Plantentium.
Menurut penerjemahnya, Jenny Kartawinata, tidak mudah membuat buku masa kolonial itu bisa diterbitkan dalam bahasa Indonesia, khususnya karena keterbatasan dana, berhubung buku aslinya selain tebal dan besar, juga perlu resolusi warna yang tinggi untuk mengkopi lukisannya.
"Kami mendapat bantuan dari World Bank 10 ribu dolar AS dan dari Unesco 12,5 ribu dolar AS untuk mencetak 1.000 eksemplar di mana seperti dalam perjanjian 200 buku di antaranya diberikan secara gratis kepada lembaga-lembaga botani yang membutuhkan," katanya.
Sisanya 800 buku itu, kata Jenny, dijual dengan harga Rp200 ribu namun di Herbarium Bogoriense hanya Rp120 ribu, sedangkan buku dalam terbitan aslinya yang diterbitkan di Belanda telah dijual dengan harga 150 Euro.
Sementara itu diakui Kepala Puslit Biologi Dr Dedy Darnaedi, buku yang aslinya terbit 35 tahun lalu itu kemungkinan hanya mencakup sekitar 50-60 persen saja dari total jenis flora di pegunungan Jawa.
"Ini baru tumbuh-tumbuhan biji, belum dari lumut-lumutan dan lain-lain. Kami harap dengan buku ini generasi abad ke-21 mampu mengikuti jejak Prof van Steenis menekuni flora Indonesia yang kaya," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007