"Dengan diperpanjangnya masa tanggap darurat ini, maka kami akan fokus pada kegiatan pemulihan," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat, di Bima, Selasa.
Semula masa tanggap darurat berakhir pada 5 Januari 2017, namun melalui Surat Keputusan Wali Kota Bima Nomor 3 Tahun 2017 diperpanjang hingga 19 Januari 2017.
"Ada lima poin kegiatan utama selama perpanjangan masa tanggap darurat ini," ujarnya saat mendampingi Mensos Khofifah Indar Parawansa memantau pencairan jaminan hidup untuk korban bencana banjir bandang di Bima itu.
Harry menyebutkan fokus pertama penanganan pascabencana yang terjadi pada 21 dan 23 Desember 2016 itu adalah optimalisasi dapur umum dengan memusatkan pelayanan hanya di Pemkot Bima.
"Selama penanganan korban banjir Bima, tim Kemensos mengelola 15 dapur umum. Hingga 9 Januari 2017, keseluruhan dapur umum tersebut telah memproduksi sebanyak 40.231 nasi bungkus yang didistribusikan ke seluruh tempat pengungsian," ujarnya.
Kedua, lanjut Harry, memastikan korban yang rumahnya rusak berat atau hanyut memperoleh jaminan hidup, peralatan rumah tangga, dan pembangunan rumah.
Total jaminan hidup yang telah diberikan Kemensos yakni senilai Rp1,32 miliar dengan perincian Rp1,2 miliar kepada 1.335 jiwa di Kota Bima dan Rp120,6 juta kepada 134 jiwa di Kabupaten Bima. Masing-masing jiwa memperoleh Rp900 ribu untuk tiga bulan.
"Sedangkan untuk santunan korban telah disalurkan senilai Rp85 juta. Rinciannya santunan empat korban meninggal, masing-masing Rp15 juta dan santunan 10 korban luka berat, masing-masing Rp2,5 juta," katanya.
Ketiga, Kemensos melakukan peninjauan berkala bagi masyarakat yang masing tinggal di pengungsian.
Kemudan keempat, optimalisasi gerakan kerelawanan sosial untuk kebersihan lingkungan rumah, sarana pendidikan,sarana kesehatan, dan fasilitas sosial.
"Terakhir, kami melakukan rotasi anggota Tagana (Taruna Siaga Bencana) yang berasal dari kabupaten terdekat dengan Kota Bima," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa dukungan psikososial oleh Kemensos terus diberikan kepada para korban banjir dengan sasaran utama anak-anak, lansia, dan wanita dewasa.
"Dukungan psikososial ini agar mereka tidak mengalami trauma berkepanjangan pascabencana dan dapat melanjutkan hidup dengan penuh semangat," jelas Harry.
Pewarta: M Irfan Ilmie
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017