Tokyo (ANTARA News) - Sedikitnya sepuluh pelajar SMA dan SMP baru saja selesai mengikuti ujian nasional yang berlangsung di Sekolah Republik Indonesia di Tokyo (SRIT), Kamis. "Sebanyak empat siswa SMA jurusan IPA dan enam lagi dari SMP baru saja menyelesaikan ujian nasionalnya. Jawaban siswa-siswa tersebut juga baru saja dikirimkan ke Jakarta," ujar Kepala Sekolah SRIT Sumarwoto di Tokyo, Kamis. Sumarwoto juga berharap agar semua siswanya dapat lulus dari standar UN sehingga bisa mengukur tingkat kualitas para pelajar yang bersekolah di luar negeri. Tiga tahun belakangan tingkat kelulusan di SRIT mencapai seratus persen sehingga tahun ini diharapkan juga mengikuti jejak kakak-kakak kelas yang sebelumnya. "Saya prediksikan mereka bisa lulus, mengingat dari berbagai latihan dan uji coba yang dilaksanakan nilai rata-rata mereka di atas enam," kata peraih predikat guru teladan itu. Mengenai kurikulum yang dilaksanakan, Sumarwoto mengatakan, mengikuti apa yang telah digariskan oleh Depdiknas, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004. Ketika menyinggung polemik keberadaan Ujian Nasional (UN), dia mengatakan, tetap perlu diberlakukannya UN sebagai standar bagi kualitas akademik pelajar Indonesia. Ia berpendapat, UN itu sebetulnya untuk mengukur standar pendidikan Indonesia sekaligus juga untuk memacu siswa dan guru dalam proses belajar mengajarnya. Guru diminta untuk melakukan inovasi dalam mengajar untuk mampu menumbuhkan minat belajar siswa. Sedangkan di tingkat pelajar, para siswa juga terpacu untuk serius menekuni pendidikannya sehingga memiliki tingkat kemampuan akademis yang lebih baik. "Jepang saja ternyata memberlakukan kembali semacam ujian nasionalnya setelah dihapuskan 43 tahun lalu," ujarnya. Saat ini, sebanyak 81 pelajar bersekolah di SRIT mulai dari tingkat TK hingga SMA. Jumlah murid di tingkat TK sebanyak 16 orang, SD sebanyak 41 siswa dan SMP 16 pelajar dan siswa SMA sebanyak 12 orang. SRIT pertama kali didirikan 21 April 1962 dengan nama Taman Pendidikan Indonesia.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007