Malang (ANTARA News) - Menteri Koordinator Perekonomian (Menko Perekonomian) Darmin Nasution mengemukakan pendidikan dan pelatihan vokasi akan memberikan kesempatan bagi pekerja untuk memperbaiki kualitas kompetensi mereka agar mampu bersaing di dunia kerja.
"Pendidikan dan pelatihan vokasi ini tidak hanya berlaku untuk pekerja saja, tetapi juga bagi masyarakat yang belum bekerja agar mereka memiliki kompetensi sesuai bidangnya," kata Darmin Nasution di sela kunjungannya di Arboretum Sumber Brantas Kota Batu, jawa Timur, bersama empat menteri lainnya, Jumat.
Hanya saja, lanjutnya, untuk menggelar pendidikan dan pelatihan vokasi tersebut, tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, tapi harus ada kerja sama dengan wira usaha. "Pemerintah memang sudah ada kerja sama dengan Jerman, Jepang dan Korea, serta sejumlah negara di Asia," ujarnya.
Dalam kerja sama itu, katanya, ada 12 sektor kompetensi yang bakal diberikan pada pekerja. Namun, setelah ada pelatihan vokasi sesuai kompetensinya, jangan ada lagi pekerja magang yang berkompeten melakukan pekerjaan di luar kompetensinya. Contohnya, pekerja magang yang disuruh membuat kopi atau pekerjaan lain di luar kompetensinya.
Pendidikan dan pelatihan vokasi tersebut, tidak perlu lama-lama, cukup 2 sampai 4 bulan saja. Contohnya, petugas sertifikasi lahan. "Pelatihan untuk menjadi juru ukur ini cukup 2 bulan saja, pasti sudah bisa," ujarnya.
Sebelumnya Menko Perekonomian Darmin Nasution memang menerima tugas khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tugas tersebut adalah mengenai pengembangan pendidikan vokasional.
"Presiden meminta agar pendidikan vokasional ini tidak hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat, tetapi sebagian besar tenaga kerja untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di Indonesia," katanya.
Lebih lanjut, Darmin mengatakan sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki pendidikan akhir jenjang sekolah dasar (SD). Oleh karena itu, butuh pengembangan pendidikan vokasional pada seluruh masyarakat kecil sehingga berdampak besar pada ekonomi masyarakat.
Sebagian besar penduduk kita yang bekerja itu tamatan SD, di tambah sedikit SMP. Dalam pengembangan program ini, nantinya hanya sepertiga program pendidikan yang dijalankan di kelas. Adapun dua per tiga program lainnya dilakukan di lapangan seperti magang dan lainnya.
"Sistem ini, sepertiga di kelas dan sisanya adalah praktik dan magang sehingga mereka jauh lebih siap dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai kompetensi yang dimilikinya," katanya.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017