Agak mengherankan, lada biasa yang dihasilkan sebagai komoditas utama di Sumatra tidak pernah terkomposisi dalam makanan. Mereka menganggap lada membuat darah panas, berbeda dengan cabai.

Jakarta (ANTARA News) - Cabai adalah salah satu bahan utama untuk makanan-makanan Sumatra yang terkenal pedas.


Fenomena ini menarik karena pada abad ke-18 Sumatra merupakan penghasil lada untuk memenuhi kebutuhan pasar Amerika dan Eropa.


Namun, lada justru tidak masuk menjadi komposisi utama makanan-makanan Sumatra.


Dikutip dari buku "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia" karangan Fadly Rahman, masyarakat memilih menjual lada ketimbang mengonsumsinya sendiri karena dianggap lebih menguntungkan.


"Inilah agaknya yang membuat cabai mengambil alih posisi lada sebagai bahan pemedas primadona baru," tulis dia.


"Apalagi dalam perkembangannya, cabai banyak dikomposisi ke dalam berbagai jenis sambal sebagai menu pelengkap makan orang-orang Pribumi."


Peneliti William Marsden juga mencatat keheranannya atas alasan masyarakat Sumatra tidak memanfaatkan lada dalam masakan.


"Agak mengherankan, lada biasa yang dihasilkan sebagai komoditas utama di Sumatra tidak pernah terkomposisi dalam makanan. Mereka menganggap lada membuat darah panas, berbeda dengan cabai."


Keputusan untuk menjual produksi alam berkualitas tinggi dan mengonsumsi kualitas rendah juga berlaku pada komoditas lain, misalnya teh dan kopi.


(Baca juga: Rupa sambal sebelum cabai hadir di Indonesia )

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017