Gorontalo (ANTARA News) - Meskipun masih menjadi anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Indonesia tak lagi menjadi negara yang kaya akan minyak, seperti halnya Irak, Kuwait, dan Saudi Arabia, demikian pernyataan Kepala Badan Pengatur Hilir (BPH) Minyak dan Gas Bumi (Migas), Tubagus Haryono.Di Gorontalo, Kamis, ia mengemukakan bahwa cadangan minyak Indonesia saat ini hanya sebesar 0,8 persen dari cadangan dunia."Jadi, paradigma ini harus diubah karena Indonesia bukan hanya pengeskpor tapi juga pengimpor minyak," kata Tubagus.Menurut dia, saat ini produksi minyak mentah di Indonesia kurang lebih 1.000 juta barel per hari (MBCD), sementara jumlah yang disekpor sekitar 300 juta BBL per tahun dan impor mencapai 411 juta barel (BBL) per tahun.Ia mencontohkan, pada tahun 2006 kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia kurang lebih 68 juta Kiloliter (Kl) per tahun, sedangkan jumlah BBM yang diimpor sekitar 20,8 juta Kl.Oleh karena itu, ia mengungkapkan, produksi minyak mentah sebagai bahan baku BBM terus menurun dan suatu saat secara alamiah akan habis, karena migas merupakan energi yang tak terbarukan.Di lain sisi, kata dia, konsumsi BBM terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, transportasi, listrik dan industri, sehingga pemerintah terpaksa harus mengimpor minyak mentah dan BBM dalam hitungan dolar Amerika Serikat (AS)."Masalah BBM dalam negeri juga terkait dengan harga yang masih disubsidi, daya beli masyarakat tertentu masih lemah, kemampuan negara terbatas serta disparitas harga tinggi," ujarnya.Ia menambahkan, solusi untuk menghadapi masalah fundamental tersebut diantaranya meningkatkan produksi minyak mentah dengan melakukan eksplorasi dan ekploitasi lapangan, dengan menggunakan teknologi pengurasan reservoir.Selain itu, kata dia, konsumsi BBM yang terus meningkat dapat diatasi dengan kebijakan pemanfaatan energi lain seperti gas, geothermal, batubara, matahari, air, angin dan nuklir. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007