Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung, Sukamsih di Temanggung, Kamis, mengatakan serangan penyakit yang diduga Cikungunya itu terjadi sejak minggu pertama Desember 2016 dan hingga kini masih ada yang terjangkit.
"Mereka berobat ke Puskesmas Rawat Inap Bejen," katanya.
Ia menuturkan gejala mengarah Cikungunya, antara lain demam, nyeri sendi hingga menghambat gerakan tubuh, nyeri otot, kedinginan, dan sakit kepala tidak tertahankan. (Baca juga: 25 warga Kota Bogor terserang cikungunya)
Selain pengobatan, katanya langkah yang ditempuh Dinas Kesehatan adalah mengambil sampel darah dari warga yang menderita, untuk kemudian di periksa di laboratorium.
Menurut dia hasilnya baru akan diketahui beberapa hari ke depan, yang dilanjutkan penanganan yang tepat di lokasi.
Pengambilan sampel darah pada hari ini di aula PT PN IX Kebun Sukamangli, yang sekaligus dilakukan sosialisasi pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
"Warga yang sakit bisa datang ke aula, namun yang diambil sampel darahnya sekitar 30-an," katanya.
Ia mengatakan perkebunan karet sangat luas dan tidak memungkinkan Dinas Kesehatan melakukan pengasapan atau fogging sehingga pemberantasan nyamuk diserahkan pada perusahaan tersebut. Warga yang menderita mendapat pemantauan dari Dinas Kesehatan hingga sembuh dan tidak lagi ada kasus serupa.
Ia mengatakan pekerja sadap karet yang menderita Cikungunya tersebut dari warga Desa Selosabrang dan Desa Tanjungsari Kecamatan Bejen, sedangkan pekerja dari desa lain belum terdeteksi.
"Kami fokus penanganan di dua desa, tentu melibatkan pihak perusahaan," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017