"Kejadian yang serupa seperti KM Zahro Expres akan terulang lagi di lokasi lain jika tidak dilakukan pembenahan menyeluruh di sektor transportasi laut," kata Djoko dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu.
Zahro Expres terbakar dan tenggelam di perairan Pulau Seribu, Jakarta Utara, dengan menewaskan sedikitnya 23 orang dan sejumlah penumpang hilang dalam pelayaran 1 Januari 2017.
Djoko mengungkapkan banyak kapal yang tidak memiliki peralatan keselamatan secara lengkap seperti ketersediaan pelampung (life jacket), terutama pada jenis kapal kurang dari 7 GT yang di bawah pengawasan pemerintah daerah.
"Masih banyak ditemukan kapal-kapal rakyat yang dikelola perorangan tanpa dilengkapi instrumen keselamatan yang memadai," ujar Djoko.
Dia mencontohkan hal yang dilakukan oleh pengelola kapal wisata Tanjung Kelayang-Pulau Lengkuas di Belitung yang mewajibkan penumpang memakai pelampung saat menaiki kapal. Menurut dia, hal tersebut patut ditiru dan diterapkan di daerah lain sebagai antisipasi kecelakaan laut.
Selain peralatan keselamatan, Djoko juga menyoroti kondisi sebagian pelabuhan yang belum ditata dengan baik seperti tidak adanya kawasan untuk angkutan barang, nelayan, dan penumpang pada satu dermaga.
Djoko juga memberi perhatian pada pengawasan terhadap kondisi sarana kapal yang harus sesuai prosedur untuk meminimalisasi pungutan liar di sektor perijinan pelayaran.
Dia menilai perlu adanya kerjasama dengan pemda untuk menangani kapal di bawah 7 GT dan pelabuhan kecil, agar kejadian seperti KM Zahro Express tidak terulang.
"Musibah serupa jangan terulang, sangat tidak diinginkan hal serupa terulang. Semua pihak harus sadar akan tanggungjawabnya masing-masing dan serius membenahi transportasi laut," kata Djoko.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017