Bojonegoro (ANTARA News) - Semburan gas yang muncul di sawah dan pemukiman penduduk di RT 01 RW 0I Desa Nguken, Kecamatan Padangan, Bojonegoro, Jatim, tidak berbahaya, bahkan oleh warga setempat dimanfaatkan untuk memasak dan penyubur tanah. Kapolsek Padangan, AKP Susilo TP, di Bojonegoro, Kamis, menyatakan, semburan gas di sawah di Desa Nguken tersebut sudah ada sejak jaman Belanda. Di Desa Nguken ada empat warga yakni Suyadi, Suli, Kasdianto dan Tasrun, yang memanfaatkan gas tersebut untuk memasak sejak 1982. "Mereka selama ini tidak pernah membeli minyak tanah, untuk memasak sehari-hari ya memanfaatkan gas itu, " katanya. Ke empat warga tersebut membuat sumur pompa bor sedalam 20 m. Selanjutnya, pipa pompa air disalurkan dengan paralon yang diberi kran. Ketika dinyalakan gas tersebut menyala, sehingga dimanfaatkan untuk keperluan memasak sejak 1982 lalu. "Air sumur pompa itu juga bisa diminum, selama ini tidak ada korban akibat pemanfaatan gas itu, " ucapnya. Sedangkan di lokasi persawahan, di Desa Nguken di setiap musim penghujan akan muncul gelembung kecil, mirip semburan gas Lapindo. . "Pada musim kemarau sawah Suyoto bisa dinyalakan, sehingga sering dimanfaatkan membakar jagung juga ketela, " tuturnya. Susilo menjelaskan, lokasi Desa Nguken berjarak berkisar dua km dari Desa Cendono, juga di Kec. Padangan, bekas lokasi pengeboran sumur Migas Humpuss Patragras, milik Tomy Soeharto yang sekarang ditutup dan akan dilanjutkan oleh Mobil Cepu Limited ( MCL ) anak perusahaan ExxonMobil Oil Indonesia ( EMOI ). "Adanya gas yang keluar itu jelas dibawahnya memiliki potensi minyak dan gas, " katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007