Arusha, Tanzania (ANTARA News) - Lebih dari 3.000 ternak telah mati di Wilayah Morogoro di Tanzania Timur akibat kemarau parah selama dua bulan belakangan, kata pemerintah pada Senin (2/1).
Stephen Kebwe, Komisris Regional Morogoro, mengkonfirmasi situasi tersebut, dan mengatakan Kabupaten Kilosa adalah salah satu daerah yang paling terpengaruh kemarau di wilayah itu.
Ia mengungkapkan selama dua bulan belakangan sebanyak 3.829 sapi mati akibat kekurangan lahan rumput dan air.
"Biasanya kabupaten ini menerima hujan pertama pada November tapi, sekali ini tak setetes hujan pun turun sejak April lalu," kata pejabat tersebut. Ia menyatakan situasi itu berhubungan dengan perubahan iklim.
Pejabat tersebut mendesak peternak agar mengubah cara mereka memanfaatkan ladang rumput di negeri tersebut dengan menggunakan cara yang berkelanjutan dan bukan membabat satu daerah lalu pindah ke daerah lain.
Salah seorang peternak setempat, Lekule Mutusi, mengatakan puluhan ternak telah mati. "Situasi di sini buruk. Saya berusaha menyelamatkan nyawa ternak saya dengan memberi mereka makan sekam tapi sia-sia," katanya. Ia menyatakan peternak di daerah itu putus-asa sebab semua usaha mereka telah gagal.
"Ketika ternak kami mati, kehidupan kami sendiri terancam," katanya dilaporkan Xinhua.
(Uu.C003)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017