Yogyakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh warga Muhammadiyah untuk juga memberikan sumbangan pikiran mengenai masalah-masalah global, selain menyampaikan pemikiran tentang situasi dalam negeri. "Kita membutuhkan pemikiran-pemikiran yang lebih segar dari Muhammadiyah bukan saja untuk memecahkan persoalan bangsa, tapi juga isu-isu global," kata Presiden di Yogyakarta, Kamis, saat membuka sidang pengurus (Tanwir) Muhammadiyah. Sidang pembukaan ini juga dihadiri Ibu Ani Yudhoyono, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X serta GKR Hemas, Ketua Komusi Yudisial Busyiro Muqodas, Menhub Hatta Rajasa, Mendiknas Bambang Sudibyo serta Menkes Siti Fadilah Supari. Dalam kesempatan itu, Presiden menyampaikan penghargaannya kepada Muhammadiyah yang secara aktif telah memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan, terutama di bidang kesehatan serta pendidikan. "Namun persoalan bagi Muhammadiyah adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan sehingga sekolah-sekolah Muhammadiyah menjadi sekolah unggulan," kata Presiden yang didampingi Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Symsuddin. Peningkatan peran Muhammadiyah di bidang pendidikan sangat diperlukan karena banyak warga masyarakat yang kini mencari-cari sekolah unggulan bagi anak-anak mereka. Harapan tersebut juga disampaikan Presiden karena secara kuantitatif Muhammadiyah telah memiliki sekolah yang banyak jumlahnya, mulai dari pendidikan dasar hingga sekolah tinggi. Ekonomi Dalam pidato pembukaannya, Presiden mengkritik peranan Muhammadiyah yang tidak begitu besar di bidang ekonomi, sehingga peranan mereka tidak sebesar di bidang kesehatan dan pendidikan. "Kita harus jujur peranan Muhammadiyah dalam bidang ekonomi di belakang dari usaha-usahanya di bidang pendidikan dan kesehatan," kata Kepala Negara pada acara yang dihadiri para pengurus Muhammadiyah dari seluruh tanah air. Kesempatan ini juga dimanfaatkan Presiden untuk mengomentari para pemimpin dan kepemimpinan di dalam organisasi kemasyarakatan ini. "Pimpinan Muhammadiyah kini lebih didominasi oleh kalangan akademisi dan birokrasi," kata Kepala Negara ketika mengomentari kurangnya pemimpin dan kepemimpinan di dalam Muhammadiyah, khusus pada sektor bisnis. Presiden dalam kesempatan ini juga mengajak para pimpinan serta anggota Muhammadiyah untuk ikut aktif membantu umat Islam di berbagai negara yang masih mengalami keterbelakangan sosial. "Muhammadiyah harus terus berperan secara lebih tepat," kata Presiden, sambil mengatakan Indonesia selama dua tahun terakhir ini menjadi pimpinan kelompok negara D8. Sebelumnya Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin mengeluhkan berbagai persoalan di dalam masyarakat sekalipun sejak reformasi masyarakat telah mengalami banyak kemajuan. "Sampai sekarang RUU anti pornografi dan anti pornoaksi masih terkatung-katung," kata Din sambil mengingatkan masyarakat bahwa pornografi dan pornoaksi masih muncul baik di media massa maupun di masyarakat sendiri. Usai membuka sidang tanwir Muhammadiyah, Presiden langsung menuju pangkalan TNI AU untuk melanjutkan perjalanan ke Bali guna meresmikan berbagai proyek pembangunan serta membuka sidang Uni Parlemen Internasional (IPU) tanggal 29 April. (*)
Copyright © ANTARA 2007