Mataram (ANTARA News) - Badan "Search and Rescue" Nasional (Basarnas) Mataram, Nusa Tenggara Barat, menerima laporan adanya orang hilang akibat banjir susulan di Wawo, Kabupaten Bima yang terjadi Senin sekitar pukul 17.00 WITA.
"Kami terima laporan dari masyarakat sekitar pukul 21.00 WITA," kata Humas Basarnas Mataram Putu Cakra Ningrat ketika dihubungi dari Mataram, Senin malam.
Dari laporan yang diterima, kata dia, warga yang hilang tersebut bernama Siti Afsah, usia 40 tahun, warga Desa Tarlawi, Kecamatan Wawo.
Korban dilaporkan hanyut ketika perjalanan pulang ke rumah dari sawahnya.
Setelah mendapatkan laporan, kata Cakra, tim SAR yang ada di Kota Bima, langsung berangkat menuju Kecamatan Wawo, untuk memastikan kebenaran laporan tersebut.
"Meskipun jaraknya relatif jauh dari Kota Bima, tim tetap berangkat malam ini juga. Akan tetapi, tidak bisa langsung melakukan pencarian karena kondisi gelap. Paling koordinasi dahulu dengan pihak terkait yang ada di Kecamatan Wawo," ujarnya.
Ia juga belum bisa memastikan kebenaran informasi yang beredar bahwa korban meninggal dunia.
"Kami tidak bisa mengatakan bahwa korban sudah meninggal dunia karena korban belum ditemukan. Lokasinya juga belum dipastikan apakah hanyut di sungai atau hanyut karena banjir," kata Cakra.
Sementara itu, sejumlah desa di Kecamatan Wawo dilaporkan kembali dilanda banjir setinggi lutut orang dewasa akibat luapan air Dam Diwu Moro, Kecamatan Wawo, yang terjadi pada Senin sekitar pukul 17.00 WITA.
Sebelumnya, banjir bandang menerjang sejumlah desa di Kecamatan Wawo, 21 Desember 2016. Sebanyak 25 rumah rusak berat, lima rumah hanyut, tiga rumah rusak sedang, dan satu jembatan negara putus.
Banjir di daerah pegunungan Kabupaten Bima itu bersamaan dengan banjir bandang setinggi 1 hingga 3 meter yang merendam lima kecamatan di Kota Bima.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, kerugian diperkirakan mencapai lebih dari Rp900 miliar akibat rusaknya rumah penduduk, infrastruktur, seperti jalan dan jembatan, sarana telekomunikasi dan listrik, serta rusaknya tanaman pangan dan hortikultura milik petani.
Pewarta: Awaludin
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017