Bhubaneswar, India (ANTARA News) - Jumlah korban yang meninggal akibat tambang batubara runtuh di India naik menjadi 16 orang pada Sabtu dan bisa bertambah, kata sejumlah pejabat.
Sejumlah orang masih dikhawatirkan terperangkap di tambang yang dimiliki perusahaan negara Coal India Limited.
Kecelakaan tersebut terjadi di negara bagian Jharkhand pada Kamis malam di tambang Lalmatia, salah satu tambang terbesar di negara itu, yang dimiliki oleh Eastern Coalfields Limited (ECL).
"Pada malam (Jumat), operasi penyelamatan berjalan lamban karena berkabut," kata R.R. Amitabh, seorang pejabat senior di ECL, kepada kantor berita Reuters. Ia menambahkan bahwa sekitar 30 persen reruntuhan tambang telah dibersihkan.
Coal India memiliki rekor keselamatan yang rendah. Tahun lalu dilaporkan terjadi 135 kecelakaan, membunuh 37 orang dan melukai 141 orang lainnya, kata perusahaan itu dalam satu laporan.
Operasi-operasi di tambang tersebut di distrik Godda, sekitar 280 kilometer dari Ranchi, ibu kota negara bagian itu, telah dihentikan sejak itu, kata Amitabh.
Juru bicara kepolisian R.K. Mullick mengatakan jumlah orang yang masih terperangkap mungkin kurang dari yang diperkirakan sebelumnya, berdasarkan jumlah keluarga yang mencari saudara mereka.
Tambang itu memiliki kapasitas tahunan sebanyak 17 juta ton dan sebesar setengah dari produksi batubara ECL. Bulan lalu produksi ECL sekitar 9 persen dari total produksi batubara India sebesar 50 juta ton.
Kementerian federal yang menangani batubara telah memerintahkan penyelidikan dan mengumumkan kompensasi berupa pemberian uang tunai untuk diberikan kepada keluarga penambang yang jadi korban meninggal dalam kecelakaan itu.
(Uu.M016)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017