Brussel (ANTARA News) - Sebanyak 93 jurnalis dan staf media tewas saat bertugas pada 2016, dengan Irak dan Afghanistan menjadi negara yang paling mematikan, ungkap Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) pada Jumat (30/12) waktu setempat.


IFJ mengatakan angka tersebut--turun 19 persen dibanding 2015-- didapat dari jumlah jurnalis yang tewas dalam serangan ditargetkan, ledakan bom atau terjebak dalam baku tembak.

Sebanyak 29 jurnalis lainnya tewas dalam kecelakaan pesawat di Kolombia dan Rusia.


"Setiap penurunan kekerasan terhadap para jurnalis dan staf media selalu diterima, namun angka ini..... meninggalkan sedikit ruang untuk kenyamanan dan memperkuat harapan dalam mengakhiri krisis keamanan di sektor media," kata presiden IFJ Philippe Leruth dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir AFP.


"Tidak mungkin ada impunitas bagi kejahatan-kejahatan ini."


IFJ mengatakan bahwa di antara mereka yang tewas adalah 15 wartawan di Irak, 13 di Afghanistan, 11 di Meksiko, delapan di Yaman, enam di Guatemala dan Suriah, serta lima di India dan Pakistan.


Kawasan Timur Tengah adalah yang paling mematikan dengan 30 pembunuhan, diikuti oleh Asia Pasifik dengan 28 kasus, 24 di Amerika Latin, delapan di Afrika dan tiga di Eropa, tambah IFJ.


Penerjemah: Monalisa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016