Saya ingin ini lebih baik dari yang di sana. Dan setelah jadi, terlalu baik sekarang, terlalu megah dan baik

Atambua (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengatakan masalah perbatasan menunjukkan kebanggan dan wajah bangsa Indonesia.

"Ini masalah kebanggaan, masalah wajah kita, bukan hanya wajah NTT tapi juga wajah Indonesia," kata Presiden saat meresmikan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Mota Ain, di Kabupaten Belu, Rabu.

Presiden mengungkapkan rasa malunya saat berkunjung dua tahun lalu, kondisi pos perbatasan Indonesia-Timor Leste sangat memprihatinkan.

"Saya ingat betul bahwa bangunan pos lintas perbatasan yang ada di sini (Mota Ain) kalau dibandingkan dengan pos lintas di negara sebelah (Timor Leste) betul-betul saya sangat malu," ungkap Jokowi.

Presiden menguraikan bahwa kondisi bangunan PBLN saat itu kalah bagus dibanding Kantor Kelurahan.

"Kantornya dengan kantor kelurahan saja lebih bagus kantor kelurahan. Meja kursinya juga pas saya masuk ke dalam kayak meja kursinya, mohon maaf agak bingung saya mengatakan, pokoknya jelek-jelek semuanya," jelasnya.

Melihat kondisi itu, kata Jokowi, dirinya telah memerintahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk membangun PLBN Mota Ain ini.

"Saya kasih waktu dua tahun, jangan diundur dan kita bisa melakukan, bisa membangun. Kita juga punya anggaran, tadi bilangnya (habisnya) Rp82 miliar," kata Presiden.

Jokowi menegaskan bahwa masalah perbatasan merupakan harga diri dan martabat, sehingga Indonesia sebagai bangsa yang besar harus lebih baik dari negara tetangga.

"Saya ingin ini lebih baik dari yang di sana. Dan setelah jadi, terlalu baik sekarang, terlalu megah dan baik," ungkap Presiden.

Jokowi menegaskan bahwa di sekitar PLBN ini juga akan didorong menjadi pusat perekonomian masyarakat perbatasan.

"Dan ini baru pos, belum ekonomi. Saya ingin pasar tradisonal tahun 2017 sudah selesai tahap kedua. Mota Ain ini menjadi kawasan ekonomi dan titik perekonomian baru di NTT," harap Presiden.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016