Madrid (ANTARA News) - Para pejabat di Guernica telah mengulangi seruan mereka agar adikarya Picasso, yang melukiskan kerusakan kota Basque di Spanyol utara itu setelah dibom pesawat-pesawat Jerman pada 70 tahun silam, dipamerkan di sana. "Kami akan terus menuntutnya, lukisan itu milik mereka yang tewas dan selamat dari pemboman," kata Walikota Guernica, Miguel Angel Aranaz, kepada AFP, menjelang peringatan 70 tahun pemboman yang meratakan kota itu, Kamis. Bertajuk sama dengan nama kota kawasan Basque itu, lukisan hitam putih itu dipandang oleh banyak kalangan sebagai simbol anti-perang paling berpengaruh dari seni modern. Lukisan tersebut telah dipajang sejak 1992 di Pusat Seni Reina Sofia di Madrid. Pihak berwenang menentang keras pemindahan lukisan cat minyak itu ke manapun, karena lukisan itu dikhawatirkan semakin mengalami kerusakan, keputusan yang didukung Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero. Lukisan dinding (mural) setinggi 3,5 meter dan lebar 7,8 meter itu sudah pernah dipamerkan di lebih 50 tempat antara 1937 hingga 1957, termasuk Brazil, Jerman dan AS. Seringnya lukisan berpindah tempat dalam kurun waktu tersebut merusak lukisan itu dan kini dalam kondisi amat rentan, kata Jorge Garcia, Kepala Bagian Konservasi museum itu. Simbol perang dan identitas Picasso, yang mendapat pesanan untuk membuat mural untuk pavilyun Spanyol di World Fair pada 1937 di Paris, memutuskan membuat lukisan pemboman Guernica oleh pesawat-pesawat Jerman yang didukung pasukan sayap kanan pimpinan Jenderal Francisco Franco dalam Perang Saudara Spanyol pada 1936-1939. Pemboman pesawat Jerman pada 26 April 1937 itu meratakan tiga perempat kota bersejarah itu, menewaskan ratusan dari sekitar 6.000 penduduk saat itu. Banyak warga Spanyol yang telah menyaksikan lukisan "Guernica" memandang lukisan itu sebagai simbol perang saudara yang menewaskan setengah juta orang dari kedua pihak. Bagi rakyat Guernica, lukisan itu adalah lambang penting bagi identitas nasional mereka karena kota itu dianggap sebagai pusat tradisi kultural mereka. (*)
Copyright © ANTARA 2007