Kota Gaza (ANTARA News)- Sayap militer gerakan Hamas Palestina mengumumkan gencatan senjata lima bulan dengan Israel berakhir Selasa setelah menyatakan mereka menembakkan sejumlah roket ke negara Yahudi itu pada hari kemerdekaan negara tersebut. Menteri Pertahanan Israel, Amir Peretz, melakukan pertemuan mendadak para kepala keamanan pada hari libur itu untuk membicarakan tanggapan Israel, dengan perundingan lebih lanjut yang menurut rencana akan dipimpin PM Ehud Olmert, Rabu. Tapi kendatipun Hamas mengatakan pihaknya mengakhiri gencatan senjata 26 Nopember setelah serangan-serangan Israel menewaskan sembilan warga Palestina akhir pekan lalu, seorang jurubicara menegaskan bahwa pemerintah Palestina tetap melaksanakan gencatan senjata sampai sekarang. "Gencatan senjata tidak lagi berlaku," kata Abu Obaida, seorang jurubicara sayap militer Hamas Brigade Ezzedine al Qassam kepada AFP. "Israellah yang tidak menghormatinya dan kini giliran kelompok-kelompok Palestina." Seorang jurubicara PM Ismail Haniya yang politikus Hamas itu, mengatakan pemerintah "tetap terikat dengan gencatan senjata itu untuk menjaga kepentingan rakyat Palestina dan untuk melindungi mereka dari tindakan kejahatan dan agresi musuh. "Pemerintah memperingatkan bahwa gencatan senjata akan ambruk jika pasukan pendudukan meneruskan agresi-agresi mereka," kata Ghazi Ahmad menambakan dalam satu pernyataan. Presiden Palestina Mahmud Abbas yang sedang mengunjungi Roma mengatakan " perpecahan sekarang adalah satu kejadian yang luar biasa yang tidak diinginkan." Hamas menyebut gencatan senjata Nopember karena "anda tidak dapat berunding di bawah suara bom-bom," katanya dalam jumpa wartawan dengan PM Italia Romano Prodi. "Kami tidak punya pilihan lain kecuali perdamaian. Apabila terjadi satu insiden, kami harus bekerja keras agar hal itu tidak terulang." Deplu AS memperingatkan Palestina agar tidak melepaksn gencatan senjata, dan mengatakan "jalan kecil ke Palestina " dan sebagai satu negara merdeka terletak melalui perundingan-perundinga, bukan aksi kekerasan. Ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa Javier Solana menyarakan peringatan yang sama dan mengatakan keputusan sayap militer Hamas adalah "berita yang sangat buruk". Peretz melakukan pertemuan mendadak keamanan di Jerusalem dengan kepala staf angkatan darat dan para perwira senior menyusul serangan roket itu. "Israel menganggap insiden Selasa pagi itu sebagai sangat serius dan akan mengambil tindakan terhadap mereka yang terlibat dalam waktu dan cara yang layak , dan tanpa kompromi," kata seorang pejabat senior keamanan kepada AFP. Berdasarkan perjanjian gencatan senjata Nopember itu, tentara mundur dari Gaza dan para pejuang setuju menghentikan serangan roket. Gencatan senjata itu pada umumnya ditaati kendatipun terjadi pelanggaran-pelangaaran oleh kedua pihak. Tapi sayap militer Hamas mengumumkan pihaknya menembakkan hampir 30 roket dsn 61 mortir ke negara Yahudi itu, Selasa ketika Israel merayakan ulangtahun ke-59 berdirinya negara itu," untuk membalas pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan mush itu." Ini adalah untuk pertama kali Hamas mengaku bertangungjawab atas serangan-serangan roket sejak gencatan senjata diberlakukan. (*)

Copyright © ANTARA 2007