Jakarta (ANTARA News) - Korban lumpur Lapindo yang berasal dari Perumahan Tanggulangin Asri Sejahtera (Perumtas) I Sidoarjo, Jawa Timur, masih berbeda pendapat terhadap tawaran pemerintah dalam mempercepat pembayaran ganti rugi dan hingga Rabu siang mereka masih bertahan di Tugu Proklamasi, Jakarta. "Sampai saat ini kami terus melakukan sosialiasi yang ditawarkan pemerintah karena ada warga yang belum dapat menerimannya," kata tim juru runding warga Perumtas I, Sumitro, di Jakarta, Rabu. Setelah bertahan di Jakarta satu pekan lebih, pada Selasa (24/4) akhirnya perwakilan warga Perumtas I Sidoarjo diterima oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla. Pada pertemuan tersebut pemerintah menawarkan percepatan pembayaran ganti rugi, yakni pembayaran 80 persen dilakukan setelah satu tahun sedangkan pembayaran awal 20 persen akan diterima utuh oleh masyarakat. Sebelumnya warga Perumtas I meminta agar seluruh ganti rugi dibayar tunai. Usai pertemuan dengan Jusuf Kalla, Dirut Bank Bank Tabungan Negara (BTN) Kodradi mengatakan, rata-rata harga rumah di Perumtas I sebesar Rp125 juta sehingga dengan pembayaran 20 persen maka, masyarakat akan mendapatkan uang sekitar Rp25 juta. "Dengan uang Rp25 juta ini masyarakat bisa mencari rumah lagi dan uang itu bisa untuk bayar uang muka," kata Kodradi. Selama satu tahun masyarakat tidak dibebani pembayaran angsuran. Pembayaran baru akan dilakukan setelah sisa ganti rugi 80 persen sekitar Rp100 juta diterima. Sumitro juga mengatakan, sejumlah keringanan juga ditawarkan oleh BTN terhadap rumah yang tenggelam oleh lumpur yakni kredit yang belum lunas dibebaskan dari bunga dan denda. "Sebenarnya sudah banyak kemajuan yang kami peroleh dengan aksi ini, tetapi ada warga yang sepakat dan ada pula yang bertahan dengan tuntutun awal yakni ganti rugi 100 persen tunai," katanya. Oleh karena itu, kata Sumitro, pihaknya terus melakukan sosilasiasi agar ada satu suara dan satu pendapat dari seluruh warga Perumtas I yang melukan aksi di Jakarta. "Kami khawatir ada pihak luar yang berusaha memecah kami," katanya. Sumitro menegaskan, hasil pembicaraaan yang dilakukan dengan pemerintah lebih maju dari pembicaraan sebelumnya kerena ada jaminan percepatan pembayaran ganti rugi. Ditanya rencana kembali ke Sidoarjo, Sumitro mengatakan, belum bisa memutuskan karena hal itu harus berdasarkan persetujuan bersama. "Kami belum tahun persis kapan kami akan selesaikan aksi ini. Sekarang situasinya masih panas. Ya kami masih terus melaukan negoisasi," katanya. Sekitar 200 korban lumpur lapindo, warga perumtas tiba di Jakarta Minggu (15/4). Mereka menjadikan di Tugu Proklamasi Jakarta sebagai tempat berkumpul setelah dan akan melakukan unjuk rasa di depan Istana Merdeka.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007