Pesawaran, Lampung (ANTARA News) - Anak-anak usia sekolah di Pulau Tegal yang masuk dalam Desa Gebang, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung memerlukan bantuan berbagai pihak karena umumnya belum mengenyam pendidikan formal karena keterbatasan dialami mereka.
Menurut warga di Pulau Tegal, Senin, di pulau ini tidak ada anak-anak yang mengenyam pendidikan sekolah formal karena jauh jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke sekolah formal terdekat, dan tidak tersedia sarana transportasi yang diperlukan.
Belum lagi latar belakang pendidikan orang tua yang relatif masih rendah, sehingga motivasi untuk mendorong pendidikan yang tinggi bagi anak-anak mereka juga menjadi berkurang. Para orang tua itu umumnya beranggapan yang terpenting anak dapat membaca dan berhitung, sehingga nantinya bisa menjadi modal sebagai buruh nelayan atau bertani.
Pulau Tegal selama ini dikenal merupakan salah satu destinasi wisata yang indah di Lampung. Pulau seluas sekitar 98 hektare itu dihuni tak kurang dari 35 keluarga yang tersebar di sekeliling pantai pulau tersebut.
Pulau yang berada di Teluk Lampung ini adalah lokasi penelitian mahasiswa FMIPA Biologi Universitas Lampung, sehingga biota laut dan terumbu karang menjadi terjaga, sehingga kita dapat mudah menemukan anemon, clown fish, ular laut bahkan penyu hijau.
Pengunjung sampai ke Pulau Tegal menyeberang dari dermaga di Ringgung, Desa Gebang, Kecamatan Teluk Pandan. Pulau ini dari Kota Bandarlampung memerlukan waktu sekitar 45 menit.
Namun kondisi memprihatinkan atas masa depan anak-anak di pulau itu, ternyata tak seindah pantainya yang mempesona sehingga menjadi daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.
Kondisi itu mengusik para guru SMPN 25 Kabupaten Pesawaran yang berempati untuk membantu anak-anak di kawasan Pulau Tegal agar bisa mendapat pendidikan yang layak.
Kepala Sekolah SMPN 25 Pesawaran Dra Uniroh Utami bersama Desta Sagita SPd, dan Lestari MPd menginisiasi berdiri organisasi Sukarelawan Peduli Pendidikan Pulau Tegal (SP3T) pada 15 September 2016.
Uniroh yang menjadi Ketua SP3T, didampingi Desta Sagita (Sekretaris) dan Lestari (Bendahara) menyatakan bahwa anak-anak Pulau Tegal merupakan generasi penerus yang perlu kepedulian, bantuan, dan perhatian berbagai pihak atas masa depan pendidikan mereka.
"Mereka punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Terlebih lagi dengan adanya Program Wajib Belajar," ujar Uniroh.
Saat ini, lanjut Uniroh, anak-anak di Pulau Tegal hanya mendapatkan pendidikan membaca dan menulis yang diberikan Pak Basri secara sukarela.
Karena itu, SP3T didirikan bertujuan untuk memberikan motivasi kepada anak-anak dan para orang tua tentang pentingnya pendidikan dan upaya untuk membantu anak-anak di Pulau Tegal mendapatkan hak pelayanan pendidikan formal dari pemerintah sebagaimana seharusnya.
"Kami berupaya menyediakan fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar yang diperlukan anak-anak itu, seperti meja, kursi, alat tulis kantor, dan fasilitas MCK sebagai rumah belajar untuk anak-anak di PulauTegal," ujar Uniroh lagi.
Selain itu, lanjut Uniroh, SP3T juga akan mengusulkan alternatif pendidikan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Pulau Tegal kepada pemerintah.
"Kami juga berupaya untuk membantu keluarga Pak Basri sebagai guru sukarela untuk mendapatkan kehidupan yang layak," katanya pula.
Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016