Harus kita lawan kekerasan dengan cinta kasih, keterbukaan, saling menghargai dan menerima perbedaan serta kemajemukan."
Jakarta (ANTARA News) - Pastor Gereja Santa Theresia Menteng, Jakarta, Romo Dido da Gomez menilai bahwa kunci untuk menjaga toleransi antar sesama, bermula dari keluarga dan bisa dimulai sejak dini.
"Jadi ini pesan toleransi ini, bermula dari keluarga inti dahulu, dengan mengajarkan anak atau memberi pengertian anggota keluarga bahwa bahwa kita semua unik, berbeda, majemuk, baik agama, suku bangsa dan lainnya," kata pastor berusia 51 tahun itu di Jakarta.
Dengan dikenalkan bahwa kita semua memiliki keunikan masing-masing, menurut dia, anggota keluarga juga harus memiliki pengertian bahwa setiap perbedaan janganlah menjadi akar permusuhan, namun menjadi kekayaan bangsa.
"Perbedaan itu tidak bisa kita hindari, kita harus menerima itu karena hal itu memang ada dan kita tidak bisa menolaknya, perbedaan itu adalah kekayaan kita," tutur Dido.
Kendati demikian, ia menilai, bermula dari keluarga juga tidak akan cukup untuk menciptakan toleransi, namun harus timbul juga perasaan untuk bisa menerima perbedaan dan keterbukaan.
"Contoh konkritnya mungkin selama ini kita mengunjungi panti-panti jompo dan panti lainnya, sekarang mungkin bisa kita kembangkan ke pesantren, sekolah Budha dan dari kelompok lainnya, dengan begitu kita akan menjadi manusia terbuka dan bisa menerima perbedaan," ucapnya.
Terkait dengan kejadian yang melanda Indonesia di akhir tahun 2016 yang diwarnai dengan ketegangan antar-kelompok, aksi-aksi intoleransi serta berbagai kejadian yang bisa membenturkan berbagai kelompok dan golongan di Indonesia, Dido mengatakan, sikap-sikap yang menjurus pada kekerasan harus dilawan, namun tidak dengan kekerasan.
"Harus kita lawan kekerasan dengan cinta kasih, keterbukaan, saling menghargai dan menerima perbedaan serta kemajemukan," ujar Pastor yang memimpin misa malam Natal 2016 di Gereja Santa Theresia, Menteng pada pukul 22.00 WIB itu.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016