"Setiap tahun terdapat sekitar 4 juta ekor yang terpotong. Untuk itu pemenuhannya dilakukan dengan cara impor," katanya saat mengunjungi kandang peternakan PT Santosa Agrindo (Santori) Indonesia di Probolinggo, Jawa Timur Sabtu.
Ia mengemukakan, pihaknya mendorong swasta menjalin kemitraan dengan masyarakat dalam melakukan program pengemukan dan juga pengembangbiakan sapi ini.
"Kalau Santori ingin memasukkan untuk bisnis sendiri maka perbandingan impornya lima banding satu, yakni lima sapi bakalan dan satu indukan. Tetapi, kalau bermitra dengan masyarakat melalui koperasi maka diberikan kemudahan dengan perbandingan sepuluh banding satu," katanya.
Ia mengatakan, ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi populasi sapi di Indonesia ini di antaranya adalah upaya khusus sapi indukan wajib bunting dari indonesia tingkatkan.
"Selain itu, percepatan mesin produksi sapi betina dengan menambah populasi dari luar karena kalau menambah dari Jawa Timur ke luar jawa itu hanya memindahkan saja, bukan menambah," katanya.
Dalam program kemitraan yang dilakukan ini, kata dia, sapi kerja sama kemitraan sapi indukan harus hamil dengan minimal usia kehamilan selama enam bulan.
"Hal itu dilakukan supaya para petani tidak mengalami kerugian. Nah, tujuan kami kesini ingin melihat lebih dekat bagaimana kerja sama tersebut dilakukan," katanya.
Sementara itu, Kepala Unit Santori Probolinggo, Bintoro mengatakan, di lokasi ini memiliki kapasitas 13 ribu ekor sapi dengan jumlah sapi yang hamil sebanyak 300 ekor.
"Besok akan masuk lagi sekitar 3.700 ekor sapi. Dimana indukannya dari Australian dan sperma dari Amerika," katanya.
Pihaknya juga menggandeng pihak perbankan untuk membantu para peternak mendapatkan kredit terkait dengan pengelolaan sapi ini.
"Kami akan menjalin mitra dengan seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur ini untuk memudahkan para peternak sapi yang baik dan benar. Karena sapi yang kami kerja samakan ini adalah sapi yang hamil lebih dari enam bulan," katanya.
Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016