Makassar (ANTARA News) - Boarding School atau sistem sekolah dengan asrama dinilai dapat meredam tingkat kriminalitas bagi anak pada usia labil dalam sistem pendidikan di Indonesia.
"Permasalahannya adalah banyak pelaku kriminalitas pada usia anak sekolah, ini merupakan satu fenomena yang mesti dilihat secara sistemik," ujar Pengamat Pendidikan Prof Arismunandar di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.
Menurut dia bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara telah memberikan beberapa contoh yang baik dalam menjalankan sistem pendidikan dengan merekomendasikan sistem pendidikan pemondokan atau diasramakan bagi peserta didik.
Pada sistem asrama ini, para peserta didik termasuk guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu, biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan. Sistem ini diharapkan dapat meredam kenakalan remaja.
"Mungkin itu salah satu solusi kedepan apabila memperbaiki sistem pendidikan kita, karena mereka tidak akan terpengaruh dari luar, sebab sudah tersistem dan anak kita akan menjadi sopan serta berkarakter," papar mantan Rektor Universitas Negeri Makassar ini.
Meski demikian tidak bisa dipungkiri saat ini budaya luar dan maraknya peredaran narkoba serta obat-obatan daftar G atau Nafza dikalangan remaja sudah tidak bisa terbendung. Anak-anak akan menjadi konsumen oknum bandar yang merusak generasi.
Sementara tim pengacara dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Apik Sulsel Abdul Gofor mengungkapkan, sejumlah kasus anak berhadapan dengan hukum salah satunya adalah pelaku pengrusakan dan pembakaran kantor DPRD Kabupaten Gowa, Sulsel.
Anak-anak ini diketahui positif mengonsumsi obat daftar G yang banyak di jual dipasaran bahkan dijual bebas di apotik sehingga anak tersebut tidak berfikir akan dampak ditimbulkan karena tidak sadar dalam melakukan sesuatu perbuatan.
Maraknya peredaran obat tersebut juga tidak terkontrol, meski aparat penegak hukum maupun Pemerintah Daerah terus intens melakukan razia, tetapi masih saja banyak yang beredar dikalangan anak usia sekolah, sehingga diperlukan komitmen yang serius.
"Karakter anak merupakan duplikasi dari lingkungan, bila lingkungan itu tidak steril dan tingkat kriminalitasnya tinggi dan banyak bandar narkotika dan obat maka tentu mereka akan terjerumus karena mengikuti apa dilakukan orang-orang disekitarnya," jelas dia.
Untuk sistem pendidikan asrama atau pemondokan yang benar, lanjut Gofur, memang sudah seharusnya itu diadopsi agar generasi anak-anak dimasa mendatang akan lebih baik dari sebelumnya.
Selain itu, anak korban dari sistem pendidikan yang belum dilaksanakan secara optimal dalam pemberian pendidikan baik disekolah maupun dilingkungan keluarga akan menjadi rentan terkontaminasi dilingkungan yang sudah rusak.
"Parahnya, anak-anak sekarang sudah mengisap lem dengan berbahan kimia sangat berbahaya. Perhatian keluarga adalah benteng utama bagi anak agar tidak terjebak dalam pergaulan bisa merusak dirinya dan orang lain," tambahnya.
Pewarta: Darwin Fatir
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016