Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara mendadak memanggil utusan warga Perumtas I Sidoarjo korban lumpur Lapindo, Selasa malam, beberapa jam setelah mereka bertemu Wapres Jusuf Kalla. Lima orang utusan warga Perumtas I Sidoarjo korban luapan lumpur Lapindo diterima Presiden Yudhoyono di Istana Merdeka Jakarta pukul 20.30 WIB, tidak lama setelah mereka bertemu Wapres di kantornya dan menandatangani sebuah kesepakatan. Dalam pertemuan di Istana Merdeka, Presiden didampingi Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan Dirut BTN Kodradi. Lima orang utusan warga Perumtas itu adalah, Sumitro, Abadi Trisanto, Pujiono, Tonas, dan Haji Abdul Fatah. Saat berita ini disiarkan, dialog langsung Presiden dengan utusan warga Perumtas itu masih berlangsung. Acara pertemuan dengan warga Perumtas I ini juga tidak masuk dalam agenda Presiden pada Selasa ini, yang antara lain adalah sidang kabinet dan menerima utusan presiden Republik Serbia. Para wartawan yang Selasa ini meliput kegiatan Presiden pun sudah meninggalkan Istana Presiden pada petang karena acara presiden memang sudah selesai sesuai jadwal, namun pada pukul 18.30 WIB, mereka diminta segera hadir kembali ke Istana untuk meliput pertemuan Presiden dengan warga Perumtas itu. Dalam pertemuan dengan Wapres, utusan warga Perumtas itu menandatangani kesepakatan yang antara lain menyebutkan Pemerintah akan mempercepat pembayaran ganti rugi sebesar 80 persen akan dilakukan setelah satu tahun, sedangkan pembayaran awal 20 persen akan dterima utuh oleh masyarakat saat menandatangani perjanjian dengan PT Lapindo. Sekitar 200 warga Perumtas I sebelumnya telah beberapa hari mendatangi Jakarta untuk melakukan protes atas mekanisme panggantian ganti rugi rumah dan tanah mereka yang terendam lumpur.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007