Chicago (ANTARA News) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir sedikit lebih rendah pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena data ekonomi AS yang lebih kuat memberikan tekanan terhadap logam mulia.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari turun 0,4 dolar AS, atau 0,04 persen menjadi 1.133,20 dolar AS per ounce.

Emas diletakkan di bawah tekanan karena laporan yang dirilis oleh National Association Realtors (NAR) yang berbasis di AS menunjukkan penjualan rumah meningkat ke level 5,61 juta unit, angka yang sesuai dengan harapan.

Namun para analis mencatat bahwa tingkat penjualan ini merupakan salah satu siklus yang lebih dari perkiraan, dan bahwa nilai jual kembali telah meningkat sebesar 15 persen, angka yang lebih baik dari perkiraan.

Logam mulia mendapat dukungan ketika indeks dolar AS turun 0,24 persen menjadi 103,00 pada pukul 19.30 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.

Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar turun maka emas berjangka akan naik, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih murah bagi investor.

Selain itu, Dow Jones Industrial Average AS turun 15 poin, atau 0,08 persen pada pukul 19.30 GMT. Analis mencatat bahwa ketika ekuitas membukukan kerugian maka logam mulia biasanya naik, karena investor mencari tempat yang aman.

Sementara itu, sebaliknya ketika ekuitas AS membukukan keuntungan maka logam mulia biasanya turun.

Investor belum mulai fokus pada prospek jangka panjang untuk logam mulia, tetapi analis percaya Fed akan menaikkan suku bunga dari 0,75 ke 1,00 selama pertemuan FOMC Maret FOMC.

Menurut alat Fedwatch CME Group, probabilitas tersirat saat ini untuk menaikkan suku bunga dari 0,75 ke setidaknya 1,00 adalah empat persen pada pertemuan Februari dan 24 persen untuk pertemuan Maret.

Perak untuk pengiriman Maret turun 13,8 sen, atau 0,86 persen, menjadi 15,979 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 9,6 dolar AS, atau 1,04 persen ditutup pada 914,40 dolar AS per ounce, demikian dilaporkan Xinhua.

(A026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016