Semarang (ANTARA News) - Kodam IV/Diponegoro menyiapkan Batalyon Raiders 400 untuk mengantisipasi terjadinya aksi terorisme, apabila aparat kepolisian meminta bantuan untuk menangani kasus tersebut. Pangdam IV/Diponegoro, Mayjen TNI Agus Soeyitno, usai membuka pameran lukisan dalam rangka HUT ke-43 Dharma Pertiwi di Semarang, Selasa, mengatakan bahwa batalyon tersebut merupakan satuan inti di bawah kendali Panglima TNI. "Kita tetap `stand by` dan kita tetap siapkan batalyon tersebut apabila aparat kepolisian memang memerlukannya," kata jenderal bintang dua itu. Ia menambahkan, selama ini tidak tergambar nyata ancaman langsung teroris itu kepada objek-objek vital dan pejabat-pejabat penting, itu hak kepolisian. Gambaran itu, kata dia, berdasarkan data dari hasil tangkapan di Poso dan lain sebagainya oleh pusat, kemudian diaplikasikan kegiatannya di daerah. "Polda Jateng dan Kodam IV/Diponegoro tetap siap, apabila Densus 88 memberitahukan hal itu pada kami," katanya. Ketika ditanya pers, apakah sudah ada permintaan dari Polda Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk membantu penanganan kasus terorisme, dia mengatakan, hal itu sangat jelas, dan setiap saat pihaknya siap. Ia menjelaskan, yang jelas sudah tidak ada permintaan-permintaan seperti itu, karena sudah ada rapat koordinasi bidang pengamanan dan selalu bersama-sama untuk mengatasi gangguan keamanan, dengan melibatkan "desk" anti-teror TNI. "Desk" antiteror itu melekat dalam organisasi militer dan langsung berada di bawah kendali Pangdam dengan supervisi Assintel Kodam. Menyinggung soal adanya oknum TNI aktif di Mijen Semarang yang diduga melakukan jual beli senjata gelap, dia menegaskan, masih dalam pemeriksaan, dan oknum tersebut telah ditahan di Pomdam. "Kami mesih menyelidiki kasus ini, terutama berkaitan dengan tujuan penjualan senjata tersebut dan kepada siapa saja," katanya. Ia mengatakan, aksi yang dilakukan oknum tersebut tidak ada kaitannya dengan jaringan teroris. "Senjatanya kuno, teroris mana mau dengan senjata kuno," katanya. Ia menjelaskan, senjata yang dijual oknum tersebut bukan senjata standar TNI, artinya senjata itu rakitan. "Dari yang sudah tertangkap, senjata itu digunakan untuk berburu," katanya menegaskan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007