Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan menyebutkan berdasarkan perhitungan mereka hingga minggu ketiga April 2007, Indonesia berpotensi mengalami deflasi, meski diperkirakan tidak mencapai satu digit. "Hal itu karena harga beras sudah kembali normal dan pasokan terus bertambah dengan panen yang berkesinambungan. Namun itu tergantung perkembangan harga pada pekan terakhir. Kalau tidak ada kenaikan yang luar biasa, ya kata akhirnya deflasi," kata Rusman usai menghadiri sebuah seminar di Jakarta, Selasa Sehingga, dijelaskannya, laju inflasi tahunan (Januari-April 2007) diperkirakan akan lebih kecil dari 1,91 persen, yang berarti optimisme tercapainya target inflasi pemerintah pada 2007, yaitu 6,5 persen Menurut Rusman, hal lain yang menyebabkan adanya potensi deflasi, yaitu tidak adanya kenaikan harga yang luar biasa pada komoditas non beras. "Kenaikan harga minyak goreng dan gula tidak signifikan karena sumbangan kedua komoditas itu pada angka inflasi kecil," katanya. Kenyataan bahwa April bukan masa dimana ada kebutuhan tinggi seperti halnya pada Juli yang merupakan masa awal sekolah, katanya, juga membuat tekanan inflasi sangat kecil, bahkan cenderung tidak ada. "Selain itu, kenaikan gaji PNS yang tidak diumumkan tapi langsung dimasukkan dalam APBN secara teratur juga menghilangkan efek psikologis yang memicu ekspektasi inflasi," katanya Dia menambahkan, Indonesia terakhir kali mengalami deflasi pada Desember 2005, yaitu 0,04 persen yang disebabkan karena adanya pembalikan dari inflasi bulan-bulan sebelumnya yang mencapai 8,7 persen pada Oktober dan 1,31 persen pada November. "Mestinya sekarang lebih tinggi dari 0,04 persen," katanya. Ditanya tentang kemungkinan berlanjutnya trend deflasi ini, Rusman menegaskan, hal itu sangat tergantung pada dunia usaha. "Kalau mereka masih mendapat marjin, mereka akan mempertahankan harga. Tapi kalau margin tidak menutupi ongkos, maka mereka akan menaikkan harga. Itu pilihan dunia usaha," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007