Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi X DPR RI Laila Istiana berharap Provinsi Banten bisa lebih menggali potensi Batik Banten yang memiliki motif khas gambar-gambar benda bersejarah berupa artefak masa lalu Banten.

“Motif batik Banten berasal dari artefak-artefak lama. Ini telah memperkaya batik Nusantara. Kelak bisa lebih digali lagi potensi batik ini dengan lebih kreatif agar mampu menyerap tenaga kerja. Kerjinan batik di sini bisa terus berkembang," kata Laila saat mengunjungi sentra batik Banten di Kota Serang, Sabtu (17/12).

Batik Banten telah diakui oleh UNESCO sejak tahun 2003 untuk melindungi kekayaan hak intelektualnya. Sebelumnya sudah dikukuhkan pula oleh keputusan Gubernur Banten pada tahun yang sama. Ragam hias batik Banten merupakan hasil ekskavasi atau penggalian yang direkontruksi oleh Arkeologi Nasional dan Fakultas Sastra UI sejak tahun 1976.

Ragam hias dari abad ke-17 ini jadi bukti sejarah bagi masyarakat Banten bahwa reruntuhan istana kerajaan Banten dan kejayaan masa lalunya telah mewariskan nilai seni.

"Dengan kata lain, sejarah kejayaan masa lalu Banten telah diabadikan di atas kain-kain katun berupa ragam hias batik khas banten. Batik ini tidak saja sebagai busana, lebih dari itu, bisa bercerita tentang jejak sejarah Banten. Inilah yang menarik dari kearifan lokal batik Banten. Sentra batiknya berada di kawasan Cipocok, Kota Serang," kata Laila.

Menurut Laila, keunikan motif batik Banten terlihat dari ukiran gambar priuk, punden berundak, dan lain-lain.

“Mereka mengolahnya menjadi motif batik. Luar biasa sekali. Ini kali pertama saya melihat dan datang ke Banten,” kata Angota F-PAN tersebut.

Delegasi Komisi X DPR sempat melihat dari dekat dapur pembutan batik dan hasil kreasinya berupa kain serta baju. Penamaan motif batik Banten ternyata diambil dari nama desa-desa kuna, nama gelar bangsawan, dan nama tataruang istana kerajaan Banten. Misalnya, Batik Dataluya merupakan nama tempat tinggal Sultan Maulana Hasanuddin. Batik Kaibonan merupakan pagar yang mengelilingi keraton Banten. Ada pula Batik Surosowan, nama ruang tempat menghadap raja.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016