Operasi tersebut tertunda pada Jumat, sehari setelah ribuan orang mulai meninggalkan daerah kantung pemberontak di bawah sebuah perjanjian yang membuat rezim bisa menguasai kota itu sepenuhnya.
Bus-bus mulai memasuki beberapa permukiman pada Minggu di bawah pengawasan Bulan Sabit Merah dan Komite Internasional Palang Merah "untuk mengeluarkan ekstremis yang tersisa dan keluarga mereka" menurut warta SANA merujuk pada pemberontak.
Hambatan utama pelanjutan operasi itu adalah pertentangan soal jumlah orang yang akan dievakuasi bersamaan dengan warga dari dua desa Syiah, Fuaa dan Kafraya, yang berada dalam kepungan pemberontak di bagian barat laut Suriah.
Seorang perwakilan pemberontak mengatakan kepada kantor berita AFP pada Minggu bahwa sebuah perjanjian baru telah dicapai. Menurut perjanjian baru itu evakuasi akan dilakukan dalam dua tahap.
"Tahap pertama, separuh warga yang dikepung di Aleppo akan pergi, bersamaan dengan evakuasi 1.250 orang dari Fuaa," kata perwakilan yang berbicara dengan syarat namanya tidak disebut itu.
"Di tahap kedua, 1.250 orang dari Kafraya akan pergi bersamaan dengan evakuasi orang-orang yang tersisa di Aleppo," katanya.
Sebanyak 1.500 warga lainnya akan meninggalkan Fuaa dan Kafraya bersama 1.500 warga dari Zabadani dan Madaya, dua kota pemberontak yang dikepung rezim di provinsi Damaskus.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa sekitar 40.000 warga sipil dan pemberontak terjebak di sektor yang dikuasai oposisi di Aleppo.(mu)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016