Jakarta (ANTARA News) - Sebuah pertunjukan teater bertajuk "Kenapa Tidak Mati-Mati" mencoba melakukan kritik sosial terhadap pemerintah Indonesia saat ini. "Kami hanya memberikan sentilan kepada siapa pun yang merasa tesentuh, bisa terhadap siapa pun, termasuk pemerintahan di negeri ini," kata sutradara "Kenapa Tidak Mati-Mati", Dayo Pangestu Aji, ketika ditemui di Teater Studio Taman Ismail Marzuki Jakarta, Senin. Menurut dia, lewat tokoh bernama Profesor Real Man, ia ingin menggambarkan bahwa peribahasa 'habis manis sepah dibuang' seringkali berlaku di bangsa ini. "Mungkin secara sederhananya, banyak pahlawan di negeri ini yang telah ditinggalkan oleh bangsanya dan pada akhirnya hanya menjadi "sampah masyarakat"," katanya. Dayo mengatakan lewat naskah yang ia garap bersama Riza FB tersebut, ia ingin menegur dirinya sendiri, dan secara lebih umum kepada masyarakat banyak. "Banyak simbol yang secara metaforis saya tampilkan dalam pementasan tersebut, seperti misalnya ruang kaca tempat Profesor Real Man ditahan," kata dia. Ruang kaca itu, ujarnya, adalah hasil garapan sebuah kekuasaan yang tidak menyukai Profesor Real Man karena dianggap dapat mengganggu kestabilan negara. "Sebuah kekuasaan atau ketika seseorang telah berkuasa, cenderung dengan leluasa melakukan 'pembinatangan' terhadap sesamanya," ujarnya. Hal tersebut, ujar dia, terlihat dari apa yang dilakukan penguasa tersebut terhadap Profesor Real Man yang dianggap seperti seekor binatang di dalam kandang. "Seringkali Profesor Real Man dipanggil anjing, dan diperlakukan secara tidak manusiawi seperti melemparkan makanan ke dalam ruang kaca itu secara kasar," ucapnya. Pertunjukan teater yang dipersiapkan bersama selama enam bulan itu ingin menampilkan sebuah realita yang terjadi di masyarakat tanpa ada tedeng aling-aling. "Banyak kata yang diucapkan secara lugas oleh para aktor, seperti sumpah-serapah yang seringkali diucapkan di atas panggung," tuturnya. "Kenapa Tidak Mati-Mati" yang berdurasi selama kurang lebih 90 menit ingin menceritakan seorang Profesor bernama Real Man yang telah mengabdi pada sebuah negara, tetapi kemudian dibuang dan diasingkan untuk dilupakan dalam sebuah penjara kaca bawah tanah yang dipenuhi sarana bunuh diri. "Profesor Real Man memang sengaja dibuat untuk mati, tetapi sialnya ia tidak pernah mati, walaupun setiap hari ia mencoba gantung diri ataupun minum racun pemberian orang yang memenjara dia," ucapnya. Pertunjukan persembahan Teater Indonesia yang dipentaskan Senin malam (23/4) di Teater Studio TIM itu merupakan pertunjukan ulang setelah mereka memenangi Festival Teater Jakarta belum lama ini. "Kenapa Tidak Mati-Mati" dalam festival tersebut memenangkan musik terbaik, aktor terbaik, serta teater terbaik. (*)
Copyright © ANTARA 2007