"Perguruan tinggi bukan tempat bagi orang-orang kaya, tapi semua lapisan masyarakat," ujar Menristekdikti saat bertemu mahasiswa Bidikmisi di Universitas Nusa Cendana, Nusa Tenggara Timur, Jumat.
Oleh karena itu, pemerintah mengalokasikan dana beasiswa untuk membantu anak-anak berprestasi namun secara ekonomi perlu dibantu.
"Bidikmisi diperuntukkan anak-anak yang secara akademis baik, namun secara ekonomi perlu dibantu."
Dalam kesempatan tersebut, dia meminta mahasiswa penerima Bidikmisi maupun Afirmasi Pendidikan Papua dan 3T (Adik Papua dan 3T), untuk terus semangat belajar.
Dia juga mengaku berasal dari desa dan dari keluarga yang kurang mampu. Namun motivasinya untuk sekolah tinggi.
"Saya tidak berpikir menjadi menteri, yang ada di pikiran saya hanyalah sekolah sebaik-baiknya dan pada akhirnya Tuhan mentakdirkan saya menjadi dosen," kenang Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu.
Menristekdikti optimistis mahasiswa yang mendapatkan beasiswa memiliki potensi untuk menjadi orang yang yang sukses di kemudian hari.
"Dengan proses pembelajaran yang baik, maka diharapkan menghasilkan lulusan yang lebih baik," katanya.
Pada 2016, pemerintah menetapkan kuota beasiswa Bidikmisi sebanyak 65.000, dan kemudian ditingkatkan menjadi 75.000.
"Pada 2017, anggaran kita dipangkas Rp1 triliun, namun kami tidak akan memangkas beasiswa, yang dipangkas hanya biaya operasionalnya saja."
Menristekdikti meminta para penerima beasiswa untuk terus bersemangat meraih cita-cita. Pendidikan, lanjut dia, merupakan salah satu cara untuk mengubah nasib.
Pewarta: Indriani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016