Jakarta (ANTARA News) - Rabu lalu waktu AS, Yahoo Inc yang berbasis di Sunnyvale, California, mengakui ada serangan siber pada 2013 yang telah membobol data milik sekitar 1 miliar pengguna Yahoo. Ini adalah pembobolan data terbesar dalam sejarah.
September silam Yahoo sudah mengakui ada pembobolan data lainnya yang berdampak pada sekitar 500 juta akun Yahoo, yang diyakini Yahoo dilancarkan oleh berbagai hacker. Akibatnya Kamis waktu AS harga saham Yahoo anjlok 4,7 persen pada 39,00 dolar AS.
Gedung Putih kemudian mengatakan FBI tengah menyelidiki pembobolan data Yahoo itu, sedangkan beberapa gugatan hukum dilayangkan ke pengadilan atas nama pemilik saham Yahoo menyusul pembobolan data itu.
Pembobolan data terakhir itu mengundang kritik luas dari pakar keamanan siber yang beberapa di antaranya menyarankan para pemilik akun Yahoo untuk menutup akun mereka.
"Yahoo dalam banyak hal telah mengabaikan keamanan sehingga saya harus merekomendasikan jika Anda memiliki akun email Yahoo yang aktif atau langsung ke Yahoo lewat mitra seperti AT&T. maka tutup saja," kata Stu Sjouwerman, kepala eksekutif keamanan siber perusahaan KnowBe4 Inc.
Pihak berwenang keamanan siber Jerman, Badan Keamanan Informasi (BSI), menyarankan para pengguna Yahoo di Jerman untuk mempertimbangkan pindah ke akun email alternatif yang aman. BSI juga mengkritik Yahoo karena tidak mengadopsi teknik enkripsi modern untuk melindungi data pribadi pengguna.
"Dengan mempertimbangkan terulangnya kasus pencurian data, para pengguna harus lebih awas lagi terhadap layanan mana yang mereka ingin gunakan pada masa mendatang dan keamanan mesti menjadi bagian dalam keputusan itu," kata Presiden BSI Arne Schoenbohm.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016