Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian era Presiden Megawati Soekarnoputri, Bungaran Saragih menyatakan kondisi pertanian Indonesia pada 2017 akan lebih baik dibandingkan 2016 sebagai dampak kondisi ekonomi global yang membaik.
Dalam seminar "Agrina Agribusiness Outlook 2017: Tantangan dan Peluang Agribisnis 2017" di Jakarta, Kamis, dia mengungkapkan, dalam beberapa bulan terakhir sudah terlihat tanda-tanda kebangkitan ekonomi global.
"Menurut para ahli pertumbuhan ekono?mi) dunia, dan saya sependapat, sudah naik lagi walaupun bukan puncaknya. Baru akan keluar dari kesulitan paling parah 2017," katanya.
Tahun 2017, lanjutnya, merupakan tahun kebangkitan ekonomi dunia dan tanda-tanda tersebut terlihat dari naiknya harga-harga komoditas termasuk komoditi pertanian, meskipun belum besar namun trennya meningkat.
"'Prospeknya, 2017 secara global akan lebih baik untuk progress," katanya.
Bungaran menyebutkan, Trump Effect juga akan memberikan pengaruh terhadap sektor pertanian Indonesia.Trump menilai perdagangan bebas atau free trade merugikan Amerika.
Dengan Trump Effect, menurut Bungaran, Presiden AS Donal Trump akan mementingkan negerinya karena nasionalis. Ini akan menimbulkan kepercayaan atau prospek baru untuk bisnis.
"Investasi yang mengalir dari Amerika akan kembali ke Amerika, ini akan berpengaruh buat Indonesia," katanya.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor itu menyatakan, tanda-tanda Trump Effect yakni tekanan terhadap mata uang rupiah.
Nilai tukar dolar AS menguat, nilai rupiah melemah, ujarnya, buat sebagian kalangan hal ini merupakan penderitaan namun buat petani menyenangkan.
"Artinya, impor akan lebih sulit masuk ke Indonesia sedangkan ekspor mudah masuk ke AS. Makanya tidak akan susah mencegah impor masuk. Buat pertanian ini akan baik, impor sulit, harga pertanian tinggi dan petani untung," katanya.
Bungaran menyatakan, pengaruh lain terhadap sektor pertanian, yakni Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018, perhelatan oleh raga paling besar di Asia, meskipun tidak sebesar Olimpiade namun buat Indonesia dan Asia ini besar sekali.
"Apa yang tumbuh? bukan beras yang tumbuh namun hortikultura. Olah ragawan membutuhkan produk hortikultura yang baik dan segar," katanya.
Selain itu, daging dan telur akan meningkat pula konsumsinya, begitu juga susu dan gula.
Komoditas lain yang akan meningkat pertumbuhannya pada tahun Mdepan, menurut Bungaran Saragih yakni, kelapa sawit hal itu karena devaluasi mata uang rupiah.
Menguatnya dolar AS terhadap rupiah, tambahnya, berdampak pada mahalnya harga kedelai dan jagung akan lebih mahal.
"Sawit akan lebih prospektif di tahun 2017 dari 2016 apalagi kalau konsumsi dalam negeri lebih tinggi lagi.
Bungaran menyatakan, pada 2015 terjadi fenomena alam El Nino yang mengakibatkan kebakaran dan kekeringan dimana-mana sehingga produksi pertanian menurun.
Sementara 2016 terjadi La Nina yang dampaknya produksi pertanian kembali meningkat dibandingkan tahun 2015, sehingga tren suplai produk pertanian dalam negeri akan meningkat pada 2017.
"Pada 2017, pada subsektor sistem dan usaha agribisnis lebih bagus dari 2016 tapi lebih bagus itu siapa yang akan mengambilnya,?" ujar Bungaran bertanya.***3***
Pewarta: Subagyo
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016