"Saat membuncahnya aksi kebencian dan kekerasan atas nama agama, Maulid Nabi harus jadi bahan refleksi diri untuk kembali menghadirkan Nur Muhammad yang mencerdaskan dan menguatkan umat," kata Maman di Jakarta, Senin.
Senin (12/12) ini bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awwal dalam kalender Hijriah, umat Muslim di berbagai belahan dunia memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Menurut Maman, peringatan ini bermakna besar bagi pembentukan pribadi serta keimanan seorang Muslim dalam menyebarkan nilai cinta kasih pada sesama sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
"Seyogianya Maulid Nabi bisa mengukuhkan kesadaran umat untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW, yakni menyebarkan dakwah Islam yang mengajarkan keimanan serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan Majalengka, Jawa Barat, ini mengatakan keteladanan Nabi Muhammad SAW harus dijadikan pegangan dalam memelihara perdamaian dan kesatuan NKRI dari berbagai ancaman perpecahan dan ancaman paham radikal teroris.
"Keteladanan itu adalah senjata ampuh untuk membendung dan memerangi berbagai pengaruh negatif yang bertujuan untuk memecah keutuhan bangsa dan negara," katanya.
Keteladanan itu pula, kata dia, yang mengilhami Raja Arballes Mosul Irak Abu Said Muzhaffar dan panglima perang Islam dalam Perang Salib Salahuddin Al-Ayyubi untuk mengadakan seremonial Maulid.
Cara ini sebagai upaya membangkitkan ketahanan mental yang tinggi serta membangkitkan semangat perjuangan dakwah Islam yang bertujuan membebaskan manusia dari kezaliman menuju cahaya.
"Dengan Maulid Nabi, marilah kita segarkan kembali spirit keagamaan kita sehingga keagungan dan keindahan Islam akan terus memancar bagi kehidupan dalam spektrum yang luas," kata Maman yang juga anggota DPR RI dari Fraksi PKB ini.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016