Seoul (ANTARA News) - Kepala divisi bisnis pariwisata kota Seoul, Oh Je Seong, menyebutkan bahwa dalam satu tahun angka kunjungan turis Indonesia ke Seoul mencapai 200.000 orang.

Meski tidak diketahui jumlah pasti wisatawan muslim yang berkunjung ke Seoul, Je Seong memperkirakan 80 persen dari angka tersebut merupakan wisatawan Muslim.

"Dulu yang paling banyak berkunjung ke Korea adalah wisatawan dari Jepang dan China, sekarang target utama kami adalah wisatawan Muslim," ujar Je Seong kepada ANTARA News di Seoul beberapa waktu lalu.

Hal pertama yang dilakukan pemerintah Kota Seoul, menurut Je Seong, adalah memperbanyak fasilitas tempat ibadah.

"Saat ini memang tidak terlalu banyak mushola, tapi sebagian hotel bintang lima sudah memiliki fasilitas mushola, hotel yang tidak ada mushola juga boleh minta ruangan untuk sholat," kata Je Seong.

"Selain itu, di bandara dan Lotte World juga sudah ada. Kami ingin membuat mushola lagi agar orang-orang dapat dengan mudah sholat di mana saja," sambung dia.

Untuk mewujudkan hal itu, Je Seong mengatakan bahwa divisi pariwisata kota Seoul juga berencana untuk membangun mushola di dekat salah satu stasiun subway tahun depan.

Selain tempat ibadah, hal lain yang telah dilakukan divisi pariwisata Kota Seoul untuk menggenjot angka kunjungan wisatawan Muslim adalah sertifikasi restoran halal.

"Di Seoul saat ini telah ada 70 restoran yang sudah mendapatkan sertifikasi halal," kata Je Seong.

Tahun ini, Je Seong mengungkapkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-9 jumlah wisatawan terbanyak yang mengunjungi kota Seoul. Sementara peringkat pertama diduduki oleh China, kemudian Jepang dan Amerika.

"Dari sekitar 100 negara, Indonesia berada di peringkat ke-9. Di bandingkan tahun lalu jumlah wisatawan Indonesia naik 10 persen," ujar Je Seong.

Lebih lanjut, Je Seong juga membagikan tips agar tidak tersesat saat berwisata di Seoul. Pertama, wisatawan dapat menggunakan "iTourSeoul" di mana semua informasi tentang Kota Seoul telah tersedia di aplikasi mobile tersebut.

"Kalau bawa peta pasti tidak akan tersesat, karena petanya sudah kami buat sesimpel mungkin dan sangat informatif. Tapi, kalau masih tersesat bisa tanya polisi atau orang di jalan," kata Je Seong.

"Bisa juga menghubungi call center 1330. Di situ juga ada pilihan interpreter dalam bahasa Indonesia. Saat wisatawan memesan taksi misalnya, interpreter dapat menjelaskan ke pengemudi," tambah dia.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016