Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis dapat mengembalikan kebangkitan industri nasional (reindustrialisasi) mulai tahun 2017.
“Saat ini, saya diamanahkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan kembali kontribusi sektor industri terhadap perekonomian Indonesia,” kata Airlangga lewat keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Namun, Airlangga menyampaikan, harapan ini membutuhkan komitmen kuat mulai dari stakeholders di hulu sampai hilir, pembuat kebijakan, hingga para pelaku industri.
Ia menyampaikan hal tersebut saat menjadi Pembicara Kunci pada Focus Group Discussion Industri Pilihan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) dalam Kerangka Strategi Industrialisasi Indonesia 2045 (Roadshow I - Institut Pertanian Bogor) di Bogor.
Keyakinan Airlangga tersebut didorong dengan berbagai upaya dan kebijakan pemerintah yang telah dan akan dilakukan, antara lain menciptakan iklim usaha yang kondusif, melakukan deregulasi, menerbitkan paket kebijakan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan penurunan harga gas industri.
“Apabila semua itu berjalan baik, target yang ditetapkan bisa tercapai dengan pertumbuhan industri sebesar 5,4 persen, di atas pertumbuhan ekonomi pada tahun depan,” ungkap Airlangga.
Sementara itu, pertumbuhan industri pada tahun 2016 diproyeksikan sekitar 4,8-5,2 persen.
Airlangga menambahkan, Presiden Jokowi juga telah memberikan arahan, peningkatan investasi industri dipacu untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja. “Target petumbuhan ekonomi tahun 2017 sekitar 5,2 persen dan tahun 2018 sebesar 7 persen, sedangkan untuk investasi tahun 2017 mencapai Rp600 triliun dan tahun 2018 sebanyak Rp800 triliun,” tuturnya.
Bahkan, di dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035 yang memuat visi dan misi serta strategi pembangunan industri, pemerintah memiliki beberapa sasaran kuantitatif pembangunan industri secara gradual hingga 2035.
Sasaran itu, sebut Airlangga, antara lain pertumbuhan sektor industri nonmigas sebesar 10,5 persen, kontribusi industri non migas terhadap PDB sebesar 30 persen, serta kontribusi ekspor produk industri terhadap total ekspor sebesar 78,4 persen atau meningkat dari posisi 2015 yang mencapai 70 persen.
Untuk mencapai sasaran tersebut, menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Haris Munandar, langkah strategisnya dibagi tiga tahap.
Pertama, periode 2015-2019, difokuskan untuk meningkatkan nilai tambah dan mengoptimalkan sumber daya alam yang berlimpah di dalam negeri melalui hilirisasi industri. “Arahnya pada industri hulu berbasis agro, mineral dan migas, yang diikuti dengan pembangunan industri pendukung dan andalan secara selektif,” paparnya.
Tahap kedua, pada kurun waktu 2020-2024 akan difokuskan untuk menjadi keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan. Upaya ini melalui penguatan struktur industri dan penguasaan teknologi, serta didukung oleh SDM yang berkualitas.
Kemudian, tahap III tahun 2025-2035, akan menjadikan Indonesia sebagai negara industri tangguh, yang bercirikan struktur industri nasional kuat dan dalam, berdaya saing tinggi di tingkat global, serta berbasis inovasi dan teknologi.
Menurut Haris, program dan kebijakan yang dilakukan itu dalam upaya pengembangan industri prioritas terutama sektor padat karya dan berorientasi ekspor. “Seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, serta elektronik dan telematika, yang mampu memberi kontribusi tinggi terhadap PDB dan menyerap banyak tenaga kerja,” ujarnya.
Pembangunan industri ke depan akan difokuskan pada 11 kelompok, yaitu industri pangan, industri farmasi, kosmetik dan alat kesehatan, industri tekstil, kulit, alas kaki dan aneka, industri alat transportasi, industri elektronika dan telematika (ICT).
Selain itu, industri pembangkit energi, industri barang modal, komponen, bahan penolong dan jasa industri, industri hulu agro, industri logam dasar dan bahan galian bukan logam, industri kimia dasar berbasis migas dan batubara, serta industri kecil dan menengah sektor kerajinan kreatif.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016